AKTUALISASI NILAI AL-QUR’AN: MERAWAT KEBERSAMAAN DALAM KERAGAMAN DENGAN KOMUNIKASI BAHASA SANTUN DAN BERADAB

Materi ini adalah khutbah jumat yang disampaikan di Masjid Agung al-Mu’awanah Kota Sanggau.
Bertepatan Sanggau sebagai tuan Rumah pelaksanaan MTQ ke 31 tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Sanggau mala mini akan dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Bart, H. Sutarmidji, SH., M.Hum.
Shalat jumat kali ini di Masjid Agung Sanggau sangat ramai karena dihadiri banyak para ulama al-Qur’an, ahli al-Qur’an, Qari’, penghapal al-Qur’an, pencinta al-Qur’an, para peserta MTQ, termasuk ada pak Gubernur. Lebih khusus lagi shalat jumat diimami oleh H. Syamsuri Firdaus Qari’ Terbaik satu Internasional di Turky dan Tanzania dengan suara indah dan merdunya memimpin shalat Jumat.
Alhamdulillah, kita bersyukur ke hadirat Allah atas semua limpahan rahmat-Nya. Hari ini Kabupaten Sanggau menjadi tuan rumah penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke 31 tingkat Provinsi Kalimantan Barat. Saat ini para ulama al-Qur’an, ahlil Qur’an, para Qari’, penghapal al-Qur’an, peminat dan pencinta al-Qur’an, pendukung dan simpatisan al-Qur’an, semuanya tengah berkumpul di Sanggau. Pertemuan dan perkumpulan Beliau-beliau ini pasti membawa keberkahan bagi Sanggau dan bagi kita semua. Rasulullah SAW. pernah ditanya:
أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
Siapakah manusia yang terbaik ya Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang panjang umurnya dan kualitas amalnya makin bagus. Lalu ditanya lagi, siapa manusia yang terburuk? Beliau menjawab: Orang yang umurnya panjang, tapi kualitas amalnya justru makin buruk. (HR. Tirmidzi dari Abu Bakrah).
Hadis ini memotivasi kita agar selalu optimis dan produktif melakukan perbaikan yang lebih baik dan terbaik. Caranya dengan menjadikan al-Qur’an sebagai inspirator, motivator, penggerak spirit, semangat membumikan nilai-nilai al-Qur’an, mengaktualisasikan nilai-nilai al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat majemuk. beragam agama, suku dan budaya, termasuk beragam dan berbeda-beda pilihan politik jelang pemilihan umum.
Keragaman ini merupakan anugerah dan kekuatan selama kita bisa merawat kebersamaan, ukhuwwah, persaudaraan dan kerukunan. Rasulullah SAW. bersabda:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Berjamaah, membangun kebersamaan dan bersinergi adalah Rahmat. Bercerai berai adalah sumber malapetaka, bencana dan adzab. (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyir).
Saat ini kita hidup di era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, hampir tidak ada waktu tanpa menerima informasi melalui media sosial online. Kemajuan dan kecanggihan teknologi seperti ini sangat memudahkan bagi manusia, termasuk mudah membohongi dan mudah dibohongi dengan gambar hoax, video editan, berita hoax, berita adu domba, berita fitnah dan palsu, provokasi politik pragmatis yang negatif dan merusak hubungan persaudaraan dan kerukunan. Dalam kondisi seperti ini, Al-Qur’an mengajarkan perlunya bersikap bijak dan cerdas bermedia sosial, bersikap hati-hati, dalam menerima informasi yang tak jelas dan lebih berhati-hati lagi dalam memberi dan menyebarkan informasi.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا
Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya dengan bijak. (QS. Al-Hujurat, 49: 6).
Al-Qur’an mengajarkan perlunya merawat kebersamaan, kerukunan, harmonisasi, toleransi dan moderasi dengan cara saling menghargai dan menghormati antar satu dengan lainnya dengan mengedepankan bahasa komunikasi yang santun dan beradab, serta menghindari apa yang bisa merusak hubungan persaudaraan, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11-12, yaitu:
1. لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ Jangan mengolok-olok suatu kaum kepada kaum lainnya, boleh jadi yang diolok-olok itu justru mereka lebih baik daripada yang mengolok-olok.
2. ولا تلمزوا أنفسكم Jangan mencela, mencaci maki orang lain. Mencela, mencaci maki orang lain, hakekatnya mencela diri sendiri, karena orang lain bagian dari diri kita.
3. ولا تنابزوا بالألقاب Jangan memanggil orang lain dengan gelar yang jelek dan mengejek. Semua orang ingin dihormati dan dihargai dengan panggilan yang baik dan menyenangkan.
4. اجتنبوا كثيرا من الظنHindari banyak buruk sangka atau pikiran negatif yang tak berdasar. Kedepankanlah pikiran positif dan konstruktif, membangun kemaslahatan bersama.
5. ولا تجسسوا Jangan mencari-cari kesalahan orang lain lalu memposting dan menviralkannya dengan tujuan jahat dan merusak.
6. ولا يغتب بعضكم بعضا Jangan menggunjing orang lain dan menviralkan kecacatan dan aib orang lain. Semua orang pasti ada kelemahan dan aibnya. Boleh jadi aib kita justru lebih banyak daripada orang lain hanya saja belum diketahui orang lain.
7. Ketika Nabi Musa ’alaihissalam bersama Nabi Harun ’alaihissalam mendatangi Fir’aun, Allah memerintahkan agar menggunakan قَوْلًا لَّيِّنًا bahasa lemah lembut, bahasa santun dan beradab bukan bahasa kasar dan menyakiti hati orang lain
فَقُوْلَا لَه قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّه يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan bahasa yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha, 20: 44).
8. Ketika berhadapan dengan orang tua, orang mulia, Allah memerintahkan agar menggunakan قَوْلًا كَرِيْمًا bahasa yang mulia, penuh kebaikan dan kehormatan, bukan bahasa kasar yang bisa menyeakiti.
فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” (bahasa kasar) dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan bahasa mulia, santun, beradab, bahasa yang baik. (QS. Al-Isra’: 23).
9. Apabila kita tidak bisa memberi bantuan terhadap orang lain, maka cukuplah dengan قَوْلاً مَيْسُورًا memberinya ucapan dengan bahasa yang membangkitkan harapan dan semangat optimisme, tidak menyinggung dan tidak menyakiti hati.
وَاِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاۤءَ رَحْمَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ تَرْجُوْهَا فَقُلْ لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُوْرًا
Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa) berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut. (QS. Al-Isra’: 28).
10. Apabila berkomunikasi dengan masyarakat awam, masyarakat yang lemah, Allah memerintahkan menggunakan قَوْلًا مَّعْرُوْفًا bahasa yang ma’ruf, bahasa sopan, santun, beradab dan terhormat, tidak menyakiti.
وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS. An-Nisa’: 5).
Atau menggunakan قَوْلاً سَدِيدًا bahasa yang tepat sasaran, sopan, beradab dan tidak menyakiti orang lain.
فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya). (QS. An-Nisa’: 9).
Inilah sebagian pesan moral dan nilai-nilai al-Qur’an yang perlu dibumikan dan diaktualisasikan di tengah-tengah masyarakat majemuk dalam rangka merawat persaudaraan, kebersamaan dalam keragaman untuk kemaslahatan bersama yang lebih besar.
Sanggau, Jumat, 25 Agustus 2023
Posted in: Fiqih, Kajian Islam

Leave a Comment