Dibaca 61
(Ramadhan: Membangun Kesalehan Spritual, Ritual, Sosial, dan Moral)
Oleh: Wajidi Sayadi
Materi ini merupakan ringkasan atau bagian dari ceramah Subuh 2 Ramadhan 1445 H/2024 di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Judul ceramah yang ditetapkan oleh panitia Ramadhan adalah Tafsiran ayat al-Qur’an tentang Puasa.
Ayat al-Qur’an tentang puasa yang sangat populer selama Ramadhan adalah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ayat ini menegaskan mengenai status hukum puasa, yaitu wajib hukumnya, dan tujuan atau terget utama yang seharusnya dicapai yaitu menjadi orang bertakwa.
Dalam ayat ini tidak keterangan mengenai Ramadhan, hanya disebutkan diwajibkan. Kapan diwajibkan?
Penjelasannya ada dalam hadis Rasulullah SAW. ketika mengomentari ayat ini Beliau bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, bulan yang mana Allah mewajibkan kalian puasa. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).
Maksudnya diwajibkan kalian berpuasa di bulan Ramadhan.
Penjelasan lanjutannya mengenai puasa pada ayat 184, 185, 186, dan 187. Ada lima ayat berturut-turut mengenai puasa Ramadhan.
Ayat wajibnya puasa ini diturunkan Allah pada bulan Sya’ban, setelah beberapa hari sebelumnya, yakni pada Nisfu Sya’ban, pertengahan Sya’ban turun ayat al-Qur’an perintah mengalihkan arah kiblat shalat dari Baitil Maqdis di Palestina dialihkan ke arah Ka’bah Baitullah di Masjid al-Haram Mekah al-Mukarramah.
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ
Pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. (QS. al-Baqarah: 144).
Apa hubungannya antara perintah puasa dan perintah menghadap ke arah kiblat Ka’bah Baitullah?
Di antara makna yang bisa dipahami bahwa puasa dan shalat bagian dari paket yang tidak terpisahkan. Agar kualitas puasa Ramadhan semakin baik dan meningkat, harus semakin memperbanyak dan meningkatkan shalat menghadap ke arah Ka’bah Baitullah di Masjid al-Haram. Termasuk memperbanyak shalat sunat di bulan puasa Ramadhan. Qiyam al-Lail, tarwih, witir, shalat sunat Rawatib yang mengiringi shalat lima waktu baik sebelum maupun sesudahnya, shalat tahajjud, shalat dhuha, dan shalat-shalat sunat lainnya.
Semakin banyak shalat sunat akan semakin memantapkan shalat fardhu lima waktu, sekaligus semakin mensucikan hati dan pikiran semakin intens dan lancar hubungan dan komunikasi bersama Allah, akan meningkatkan kualitas puasa Ramadhan yang juga tujuannya untuk mensucikan hati dan pikiran.
Ketika bulan Ramadhan dilaksanakan puasa dan berbagai shalat sunat qiyam Ramadhan, turun perintah zakat Fitrah, dan setelah itu turun lagi perintah zakat harta.
Zakat diperintahkan untuk mensucikan hati agar syahwat keinginan dan cinta pada harta tidak berlebih-lebihan, seperti harta dijadikan tujuan hidup. Akhirnya menghalalkan segala macam cara hanya semata-mata mendapatkan harta kekayaan.
Perintah zakat, infak dan sedekah termasuk wakaf hakekatnya mengajak agar tahu diri mensyukuri nikmat Allah.
Hati yang bersih dan suci adalah hati yang tahu bersyukur. Bentuk rasa syukur itulah dengan cara peduli dan berbagai terhadap sesame dengan mengeluarkan zakat, infak atau sedekah bagi mereka yang mampu.
Agar hati tidak terlalu lengket dan berlebih-lebihan dengan kemegahan duniawi. Allah ajarkan agar kita bersikap:
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid, 57: 23).
Ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan, tidak terlalu sedih berlebihan. Sebaliknya, ketika mendapatkan apa yang diinginkan, tidak terlalu bergembira berlebih-lebihan. Maksudnya bersifat dan bersikap sedang-sedang saja.
Ketika mendapatkan sesuatu kita bersyukur. Ketika tidak mendapatkan, kita bersabar.
Harta memang diperlukan agar semakin mempermudah langkah dan kegiatan ibadah, dakwah, Pendidikan, dan pengabdian social kemanusiaan sebagai sarana semakin dekat bersama Allah. Inilah namanya harta yang mempunyai berkah.
Rasulullah SAW. bersabda:
إن الله عز وجل يحبّ الغَنِيَّ الخَفِيَّ التقيَّ
Sesungguhnya Allah mencintai orang kaya yang rendah hati bertakwa. (HR. Ahmad dari Sa’d).
Ramadhan merupakan momentum yang sangat baik dalam mengasah dan mencerahkan kesalehan spiritual, mengintensifkan komunikasi bersama Allah dengan kesalehan ritual melalui ibadah shalat, serta memupuk rasa solidaritas social dan moral dengan kepedulian berbagi terhadap sesama melalui zakat, infak, sedekah dan wakaf bagi mereka yang mampu.
Semoga
Pontianak, 2 Ramadhan 1445 H/13 Maret 2024 M.