Dibaca 4
Oleh: Wajidi Sayadi
Materi ini merupakan bagian penggalan dari Pengkajian Hadis rutin Ahad Malam di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Ilmu ibarat air susu, maksudnya ilmu itu harus bermanfaat sebagaimana manfaat air susu dapat menyegarkan, menumbuhkan, menguatkan, dan menyehatkan.
Abdullah bin Umar Radhiyallahu’ mengatakan, saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبْتُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالُوا فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْعِلْمَ
dari Ibnu Umar, ia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat susu yang diminum tersebut keluar dari kuku-kukuku, kemudian aku berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al-Khaththab.” Orang-orang bertanya, “Apa ta’wilnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ilmu”. (HR. Bukhari).
Ada beberpa hikmah dan pelajaran dari hadis ini, antara lain, ilmu diibaratkan oleh Rasulullah SAW. seperti air susu. Maksudnya, bahwa ilmu yang dipelajari dan dimiliki harus selalu memberi manfaat seperti manfaatnya air susu.
Air susu yang diminum membuat kita segar, kuat dan sehat. Dalam hadis lainnya redaksinya menggunakan hanya air saja, tanpa menyebutkan susu. Maksudnya bahwa ilmu yang dipelajari harus ilmu yang memberi manfaat seperti manfaatnya air dalam kehidupan kita.
Semakin banyak belajar dan semakin banyak ilmu semakin banyak pula memberi kemanfaatan terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Ilmu yang dipelajari dan dimiliki idealnya akan mengantarkan diri semakin rajin dan meningkatkan kualitas ibadah. Dengan ibadah membuat semakin dekat dan bersama Allah. Dengan ilmu juga membuat diri semakin tawadhu’, rendah hati akan semakin dekat, akrab dan saling menolong terhadap sesama manusia, jauh dari rasa sombong dan angkuh.
Bukan ilmu yang justru membuat semakin jauh dan lupa dari ajaran agama, lupa dan jauh dari Allah, dan jauh dari sesama manusia dan lingkungan. Bukan ilmu yang membuat pintar mengelabui dan menipu terhadap sesame manusia.
Begitu juga rezeki yang dicari dan dimiliki seharusnya rezeki itu yang mengantarkan semakin mempermudah langkah banyak beribadah, dekat dan Bersama Allah. Bukan sebaliknya, rezeki yang membuat dari ajaran agama, malas beribadah, jauh dan lupa dari Allah, termasuk rezeki yang menyebabkan jauh dari sesame manusia dan lingkungan.
Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. (QS. Fathir, 35: 28).
Maksudnya, Ulama yakni orang-orang yang berilmu yang dengan ilmunya membuat dirinya semakin takut kepada Allah. Ilmunya semakin bermanfaat sebagaimana manfaatnya air, membawa ketenangan, kesejukan, dan kenyamanan lahir dan batin.
Dalam surat al-‘Alaq terdapat 3 kata perintah, pada awal ayat dan penutup ayat, yaitu: اِقْرَأْ (Bacalah!), وَاسْجُدْ (sujudlah), dan وَاقْتَرِبْ (mendekatlah, kepada Allah).
Allah memerintahkan dalam ayat ini agar selalu belajar dengan membaca.
Dengan banyak belajar dan membaca akan melahirkan banyak ilmu.
Dengan Ilmu yang dihasilkan dari belajar itu harusnya akan membuiat semakin banyak sujud.
Banyak sujud akan membuat semakin dekat bersama Allah.
Banyak sujud akan membuat semakin tawadhu’, semakin rendah hati.
Inilah ilmu yang bermanfaat sebagaimana bermanfaatnya air susu dalam kehidupan.
Semoga Bermanfaat
Pontianak, 3 Nopember 2024