Dibaca 3
Oleh: Wajidi Sayadi
Materi ini bagian dari apa yang disampaikan pada Pengkajian Tafsir Asbab an-Nuzul Rutin Jumat malam di Masjid al-Jamaah Jl. Surya Pontianak.
Sa’ad bin Abi Waqqas ketika berusia 17 tahun, ia masuk Islam. Ibunya bernama Hamnah binti Abu Sufyan tidak setuju dan sangat marah bahkan ia bersumpah tidak akan mau berbicara dengan Sa’ad selama-lamanya hingga Sa’ad meninggalkan ajaran Islam. Ibunya tidak mau makan dan minum.” Kata Ibunya: “Hai Sa’ad, kamu pernah mengatakan bahwasanya Allah telah memerintahkanmu agar kamu selalu berbuat baik kepada kedua orang tuamu? Aku ini adalah ibumu, maka aku perintahkan kepadamu agar meninggalkan Islam.” ‘Ibu Sa’ad bertahan tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam hingga jatuh pingsan. Namun Sa’ad tidak terpengaruh dengan cara ibunya, ia tetap kokoh prinsip dan pendiriannya pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW. Akhirnya, ibunya pun sadar bahwa ia tidak lagi bisa merayu dan membujuk anaknya dengan cara apa pun. Atas peristiwa inilah Allah menurunkan QS. Al-Ankabuut (29): 8. (HR. Muslim), yaitu:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗوَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗاِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.
Sosok yang biasanya sangat berpengaruh dalam hidup antara lain, Ibu, Istri, dan anak. Dalam kasus Sa’ad bin Abi Waqqash ketika masuk Islam di usia muda, yakni usia 17 tahun menghadapi sejumlah tantangan dan ujian tauhid terutama dari ibunya. Sebagaimana diceritakan dalam riwayat asbab an-Nuzul QS. al-‘Ankabut, 29: 8 di atas.
Sa’ad bin Abi Waqqash seorang sahabat yang memiliki keistimewaan khusus dibandingkan dengan sahabat lainnya. Nabi SAW. pernah memberikan jaminan khusus dengan kedua orang tua Beliau untuk Sa’ad. Nabi SAW. bersabda:
إرْمِ سعد …. فِداَكَ أبِيْ وَأُمِّي
Panahlah wahai Sa’ad! Ibu dan ayahku menjadi jaminan bagimu. (HR. al-Bazzar dari Sa’ad).
Atas hadis inilah, kata Sa’ad, saya adalah orang pertama yang melepaskan anah panah di jalan Allah.
Dalam hadis lainnya, Nabi SAW. mendoakan secara khusus untuk Sa’ad:
اَللّهُمَّ سَدِّدْ رَمْيَتَهُ وَأجِبْ دَعْوَتَهُ
Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan terimalah doanya. (HR. Hakim dari Sa’ad).
Atas dasar hadis ini, Sa’ad bin Abi Waqqash memiliki dua senjata ampuh, 1) senjata panah yang selalu tepat sasaran dan 2) senjata doa yang selalu terkabul.
Suatu saat Rasulullah SAW. sedang duduk-duduk bersama para sahabat, tiba-tiba Beliau menatap dan menajamkan pandangannya ke arah ufuk layaknya seperti seseorang yang sedang menunggu bisikan atau kata-kata rahasia. Kemudian Beliau menoleh kepada para sahabat dan bersabda:
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Sekarang akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga.
Hadis yang serupa maknanya diriwayatkan imam Ahmad bin Hambal.
Para sahabat pun pada penasaran mereka menengok ke kanan dan ke kiri ke setiap arah untuk melihat siapakah kiranya orang yang beruntung, berbahagia mendapat taufik dan karunia yang disebutkan Rasulullah SAW. sebagai penghuni surga. Tidak lama kemudian, muncullah seorang laki-laki di hadapan mereka bernama Sa’ad bin Abi Waqqash.
Selang beberapa lama kemudian, Abdullah bin Amr bin ‘Ash datang kepadanya bertanya dan minta jasa baiknya agar menjelaskan kepada dirinya amalan dan ibadah apa yang biasa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sehingga berhak mendapatkan penghargaan dan keistimewaan seperti yang disampaikan Rasulullah SAW. itu?
Sa’ad bin Abi Waqqash menjawab: “Tidak lebih dari amalan ibadah yang biasa kita lakukan, hanya saja saya tidak pernah merasa dan menaruh dendam atau niat jahat terhadap seorang pun di antara kita umat Islam.
Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari figur sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash, antara lain:
- Komitmen Tauhid sangat kokoh istiqamah pada prinsip dan pendiriannya tidak mudah terpengaruh pikiran, jiwa dan mentalnya.
- Sangat menghormati dan berbakti pada ibunya. Ketika ibunya mengajak pada sesuatu yang bertentangan ajaran Islam, dengan tegas ia menolak.
- Pemberani di medan pertempuran di jalan Allah dengan keahlian memanah dan berkuda
- Bersih hatinya dari penyakit hati, seperti rasa iri hati, dendam, niat jahat, dan lainnya.
- Sangat wara’ berhati-hati tidak mengkomsumsi kecuali yang halal.
- Sangat menjaga ucapan lidahnya dari hal-hal yang tidak berguna, apalagi bisa menyakitkan orang lain.
Semoga Menginspirasi dan Bermanfaat
Pontianak, Jumat 22 Nopember 2024