Dibaca 50
Oleh: Wajidi Sayadi
Alhamdulillah, kita bersyukur ke hadirat Allah atas segala nikmat-Nya sehingga kita dapat melakukan berbagai aktifitas dan menjalankan tugas pengabdian setiap saat. Mari kita senantiasa memperbanyak shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah SAW. sebagai idola dan panutan kita selamanya. Dalam perhitungan kalender tahun Hijriah, hari ini tgl 28 Dzulhijjah 1445. Dua hari lagi kita masuk tahun baru Islam 1 Muharram 1446 H. Mudah-mudahan memasuki tahun baru Islam diawali Muharram menjadikan momentum perubahan dan peningkatan kualitas hidup dan kehidupan keagamaan kita dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Memasuki bulan Muharram sebagai awal tahun baru Islam, kita berharap nilai dan semangat perjuangan hijrah Rasulullah SAW. menjadi landasan dan motivasi kita dalam melaksanakan tugas, pengabdian menuju perubahan dan peningkatan yang lebih baik. Allah berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. (QS. Al-Baqarah: 218).
Rasulullah SAW. ditanya oleh seseorang:
أَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَهْجُرَ مَا كَرِهَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ
Hijrah apakah yang paling utama? Beliau menjawab: “Engkau meninggalkan apa yang dilarang oleh tuhanmu, Allah ‘Azza wa Jalla. (HR. Nasai dari Abdullah bin Amr).
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Kalender Islam disebut Tahun Hijriah didasarkan pada peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari Mekah ke Madinah. Pertanyaannya, Mengapa didasarkan pada Hijrahnya Rasulullah SAW?
Jawabannya, karena hijrahnya Nabi SAW. ke Madinah, merupakan momentum perubahan menuju kebangkitan dan kemajuan umat Islam. Oleh karena itu disebut hijrah sebagai tonggak awal kebangkitan dan kemajuan umat Islam.
Pertanyaannya, mengapa Hijrah sebagai momentum perubahan kebangkitan dan kemajuan? Setidaknya ada lima faktor. Lima faktor inilah yang diharapkan dapat menyemangati kita menuju perubahan dan peningkatan kualitas diri dan umat yang lebih baik dalam menghadapi tantangan sepanjang tahun ke depan 1446 H.
Pertama, ketika nabi SAW. baru saja tiba di Madinah, yang pertama dilakukan adalah membangun masjid, yaitu masjid Quba. Ini artinya keberadaan masjid sangat penting dalam membangun kualitas diri, peradaban umat dan bangsa yang beradab dan bermartabat. Masjid sebagai pusat pembinaan spritual, mental, moral, dan intelektual. Allah berfirman.
لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri. Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri. (QS. At-Taubah, 9: 108).
Masjid artinya tempat sujud, tempat mendidik agar hati selalu tunduk dan patuh serta dekat bersama Allah. Banyak sujud, hati akan semakin lembut dan akan semakin tawadhu’, rendah hati, jauh dari sifat sombong dan angkuh. Rasulullah SAW. bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Seorang hamba sangat dekat dari Tuhannya adalah pada waktu ia sedang sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa dalam sujud itu. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Masjid sebagai markas dan pusat mempersatukan seluruh potensi dan kekuatan umat Islam. Komunikasi persaudaraan dan sosial yang intens dan efektif salah satunya melalui masjid, yakni shalat berjamaah.
Kedua, Nabi SAW. mempersaudarakan masyarakat Anshar penduduk Madinah dan Muhajirin, pendatang dari Mekah. Ini merupakan basis kekuatan sosial masyarakat. Masyarakat dapat terbangun dengan baik dan maju, apabila antar satu dengan lainnya merasa bersaudara. Rasulullah SAW. bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dari Anas bin Malik).
Ketiga, Nabi SAW. membuat piagam Madinah sebagai basis kekuatan politik.
Piagam Madinah terdiri atas 47 pasal sebagai konstitusi yang mengatur dalam tatanan kehidupan bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat majemuk (pluralitas) yang bermacam-macam latabelakangnya. Penduduk Madinah terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani, Muslim, Majusi, dan kepercayaan lainnya. Mereka hidup damai dan aman, salah satu faktornya, karena adanya Piagam Madinah. Di antara isi piagam Madinah, ialah: 1) Semua umat Islam meskipun berasal dari banyak suku, tetapi merupakan satu komunitas/masyarakat/bangsa (ummatan wahidatan). 2) Hubungan antara umat Islam dan umat lain didasarkan atas prinsip: a) bertetangga baik, b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, c) membela mereka yang teraniaya, d) saling menasehati, dan e) menghormati kebebasan beragama.
Keempat, Nabi SAW. membangun pasar sebagai basis kekuatan ekonomi di Madinah.
Masyarakat Madinah dikenal sebagai masyarakat pertanian, di sana ada kebun kurma, gandum, anggur, dan lain-lain. Hasil pertanian dijual di pasar. Sejak Nabi SAW. di Madinah ada beberapa pasar dibuka sebagai pusat perekonomian umat, antara lain pasar Nazat, pasar Dumatul Jandal, pasar Sohar, pasar Shihr, pasar Rabiyah, pasar Aden. Bahkan secara umum, masyarakat Arab dikenal sebagai masyarakat pedagang. Dalam al-Qur’an disebutkan istilah tijarah artinya perdagangan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (QS. An-Nisa’: 29).
Kelima, Nabi SAW. mempersiapkan banyak sekretaris dan intelejen. Dalam catatan sejarah Islam, Nabi SAW. mempunyai 65 sekretaris. Mereka inilah yang ditugaskan oleh Rasulullah SAW, dalam media informasi dan komunikasi serta diplomasi.
Oleh karena itu, menyambut tahun baru 1 Muharram 1446 H sebagai momentum perubahan dan peningkatan kualitas diri dan umat, maka (1) pendekatan agama melalui lembaga ibadah seperti masjid sebagai basis kekuatan spritual, mental, moral, dan intelektual, (2) pendekatan sosial dan budaya dengan mengedepankan relasi dan solidaritas sosial dan persaudaraan, (3) pendekatan kebijakan politik dan konstitusi. (4) pendekatan ekonomi dan pemberdayaan umat (5) pendekatan manajerial, komunikasi dan informasi termasuk penguasaan teknologi media informasi dan digital sebagai salah satu sumber kekuatan dan kebangkitan.
Pontianak, Jumat, 28 Dzulqaidah 1445 H/5 Juli 2024