Dibaca 28
Oleh: Wajidi Sayadi
Materi ini merupakan bagian penggalan dari materi yang disampaikan pada Ngaji Hadis Ahad Malam di Masjid Raya Mujahidin. Di antara hadis yang dibahas adalah:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ الْمُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ وَمَوَاقِعَ الْقَطْرِ يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنْ الْفِتَنِ
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Diprediksikan (akan datang suatu masa) yang ketika itu harta seseorang yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya menyusuri perbukitan dan lembah-lembah tempat turunnya air hujan. Ia lari menyelamatkan agamanya guna menghindari beragam fitnah yang ada (krisis agama)”. (HR. Bukhari).
Rela meninggalkan keramaian zona nyaman menuju tempat terpencil seperti lereng gunung dan lembah dengan dengan membawa serta harta kesayangannya hanya untuk menyelamatkan agamanya. Dalam istilah tasawuf ini disebut uzlah. Semata-mata karena ingin menyelamatkan agamanya dari serangan fitnah.
Hadis di atas mengajarkan bahwa Modal terbaik bagi seorang muslim adalah menjaga dan menyelamatkan agamanya dari serangan gelombang fitnah.
Berpegang pada Agama dan berusaha memelihara dengan baik dan benar, menghindarkan diri dari segala yang dapat merusaknya. Bagi seorang muslim, agama adalah sumber dan patokan segala urusan menuju kebaikan dunia akhirat.
Dalam konteks ini, Rasulullah SAW. mengajarkan agar senantiasa membaca doa:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي
Ya Allah, perbaikilah selalu agamaku sebagai patokan semua urusanku. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Doa tersebut dalam prakteknya, ketika berjamaah mendoakan diri, keluarga dan orang lain, boleh membacanya:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
Ya Allah, perbaikilah agama kami sebagai patokan semua urusan kami.
Fitnah terhadap agama adalah sesuatu yang dapat merusak dan membahayakan agama. Merusak agama berarti merusak akidah, ibadah, dan akhlak. Merusak dengan berbagai penyimpangan.
Apabila agama baik dan terpelihara, maka semua urusan juga baik dan terpelihara. Sebaliknya, apabila agama rusak, maka semua urusan akan menjadi rusak.
Modal utama dan terbaik bagi seorang muslim adalah agamanya. Mewariskan modal terbaik bagi generasi masa depan adalah menjaga dan mendidik dengan baik agamanya.
Hidup di era kecanggihan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi menjadi sebuah harapan dan sekaligus tantangan dalam kehidupan agama.
Kehadiran teknologi seperti ini di satu sisi memudahkan untuk senantiasa menguatkan dan memelihara agama dengan baik dan benar. Namun di sisi lain, justru dengan teknologi yang tidak terkendali dan tidak bijak penggunaannya justru bisa menjadi fitnah terhadap agama.
Oleh karena itu, perlu sikap dan cara memelihara dan menjaga agama dengan baik dan benar, antara lain:
- Memperbanyak berdoa, mendekat merapatkan diri kepada dan bersama Allah sebagai pengendali dan penggerak hati. Hati yang bersih, tenang dan tulus akan membuat agama damai. Selain doa yang telah disebutkan di atas. Juga dengan doa ini:
اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya Allah yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati pada agama-Mu. (HR. Muslim dari Anas bin Malik).
- Dengan Ilmu. Agama yang dianut adalah berdasarkan pada keimanan dan keyakinan. Keimanan terhadap kebenaran agama harus diiringi dengan ilmu. Sehingga bisa lebih terjaga dengan baik, bisa membedakan mana yang benar dan mana yang keliru dan menyimpang dari agama. Biasanya penyimpangan dalam agama terjadi karena ketidaktahuan.
- Kalau pun tidak mampu belajar agama karena berbagai keterbatasan, maka setidaknya bisa ikut mendekat dan selalu bergabung bersama dengan para ulama, para ahli hikmah dan orang-orang saleh yang senantiasa dapat membimbing dan mengarahkan kehidupan agama kita dengan lebih baik.
Rasulullah SAW. bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).
- Konsisten istiqamah menjalankan kewajiban agama dan memperbanyak amalan sunah, termasuk banyak silaturrahmi, peduli dan berbagi terhadap sesama.
- Selektif dan pro-aktif pada lingkungan positif yang akan ikut mempengaruhi kualitas kehidupan keagamaan kita.
Semoga.
Pontianak, 14 Juli 2024