BELAJAR DARI SURAT AL-KAUTSAR DENGAN MEMBENTUK SIFAT SIFAT PRIBADI MULIA DAN TANGGUH

Sebagaimana biasa kajian Tafsir Al-Qur’an berbasis Asbab an-Nuzul rutin Jumat Malam di Masjid al-Jamaah Jl. Surya Pontianak.

Kali ini pembahasannya tentang surat al-Kautsar. Pilihan Surat al-Kautsar ini karena ada hubungannya dengan momentum menjelang hari raya Qurban.

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

 

انَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

  1. Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. 2. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! 3. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Surat ini populer dengan nama surat al-Kutsar artinya nikmat yang banyak.

Ulama lainnya menyebutnya sebagai surat an-Nahr, artinya penyembelihan, yakni penyembelihan hewan Qurban. Karena salah satu dasar perintah berkurban adalah ayat ke 2 dalam surat ini.

Surat al-Kutsar atau surat an-Nahr ini diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai respon dan apresiasi terhadap sikap orang-orang Arab musyrik yang selalu membenci Nabi Muhammad SAW., baik pribadinya maupun ajaran yang dibawanya.

Dalam kitab Lubab an-Nuqul karya imam as-Suyuthi disebutkan riiwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata, Ketika Ka’ab bin al-Asyraf tiba di Mekah, kaum Quraisy menanyainya: “Bukankah engkau penduduk Madinah yang terbaik dan salah seorang pemuka mereka? Ia menjawab, Benar. Mereka bertanya kembali: “Apa [pendapatmu tentang pria yang terputus garis keturunnannya ini – yakni nabi Muhammad? Ia menganggap dirinya lebih baik daripada kami, padahal kami sangat berjasa melayani jamaah haji dan dipercaya memegang kunci Ka’bah”. Ka’ab menjawab: “Kalian lebih baik daripada Muhammad”. Maka turunlah ayat al-Kautsar dan QS. an-Nisa’: 51. (HR. Nasai, Ibnu Abi Hatim, ath-Thabari dan Ibnu Hibban).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan riwayat yang disampaikan Ibnu Abi Hatim, bahwa “Dahulu orang-orang Quraisy, ketika anak laki-laki seseorang meninggal dunia, maka mereka mengatakan: “Telah terputus keturunan si Fulan. Ketika putra nabi SAW. wafat, maka al-Ash bin Wail berkata: “Telah putus keturunan Muhammad. Maka Allah menurunkan ayat tersebut (QS. Al-Kautsar). (HR. Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir Ibnu Katsir)

Pernikahan Nabi Muhammad SAW. dengan Khadijah melahirkan enam orang anak; dua putra, yaitu Qasim dan Abdullah dan empat putri, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum dan Fatimah.

Pernikahan Beliau dengan Mariyah al-Qibthiyah dari Mesir melahirkan anak laki-laki bernama Ibrahim.

Ada tiga anak laki-laki Nabi SAW. yaitu Qasim, Abdullah, dan Ibrahim semuanya wafat dalam usia yang masih kecil atau masih muda.

Atas kejadian inilah yang dijadikan celah dan provokasi negatif oleh para pemuka orang-orang Arab musyrik untuk menghina dan merendahkan Nab Muhammad SAW. agar dijauhi oleh masyarakat dan umatnya yang telah dijelaskan dalam asbab an-nuzul di atas.

Syekh al-Maragi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa turunnya surat al-Kautsar atau surat an-Nahr ini adalah untuk meneguhkan dan mengokohkan hati Rasulullah SAW. bahwa provokasi negatif dan kegoncangan yang ditimbulkan oleh kaum musyrik itu hanyalah dugaan yang tidak akan nyata.

Turunnya surat ini sebagai pemberitahuan bahwa Rasulullah SAW. pasti mendapat pertolongan dan kemenangan, serta para pengikutnya adalah orang-orang yang sukses.

Inilah namanya dukungan dan kekuatan Spritual sebagai isyarat Ilahiyah dari LANGIT.

Maksudnya, dalam sebuah perjuangan cita-cita mulia, tidak cukup hanya mengandalkan semata-mata pada dukungan dan kekuatan dari BUMIi, berupa kekuatan ekonomi, dan intelektual.

Idealnya Terpadu Dukungan dan kekuatan LANGIT dan BUMI.

Pada surat al-Kautsar atau an-Nahr ini memuat sejumlah sifat yang dapat menjadi karakter dasar untuk menjadi pribadi mulia dan Tangguh menghadapi berbagai tantangan hidup, antara lain:

PERTAMA, tahu diri selalu mensyukuri nikmat.

Hal ini dapat dipahami dengan penegasan Allah.

 

إنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar (nikmat yang banyak).

Ayat ini mengingatkan agar selalu sykur nikmat. Lawannya Kufur nikmat, tidak tahu berterima kasih.

Para Ulama Tafsir menjelaskan bahwa kata al-Kautsar الْكَوْثَرَ berasal dari kata كَثِيْرٌ artinya banyak.

Kata al-Kautsar biasa diterjemahkan nikmat yang banyak, di dalamnya tercakup antara lain, nikmat kenabian, nikmat Islam, nikmat al-Qur’an, nikmat syafaat, umat yang banyak, dan atau nama sungai telaga al-Kautsar di surga.

Nikmat zahir dan batin, material dan spiritual, harus selalu disyukuri. Tahu diri syukur nikmat berarti merasa bertanggungjawab dan selalu berpikiran positif memanfaatkan dan menebarkan nikmat itu untuk kebaikan diri, keluarga dan orang lain, sosial kemasyarakatan.

Dalam Kaedah tafsir Al-Qur’an: “Sesuatu yang diperintahkan, maka sebaliknya adalah Larangan”.

Allah memerintahkan agar selalu tahu diri mensyukuri nikmat, berarti dilarang meng-kufuri nikmat, mengingkarinya, hanya berfoya-foya, menghabiskan begitu saja tanpa arah dan jelas menuju pada ridha Allah.

KEDUA, selalu menjaga dan memelihara shalatnya dengan baik. Hal ini dipahami dari Perintah shalat melalui kalimat فَصَلِّ/maka shalatlah) sebagai upaya memperteguh komunikasi aktif berkesinambungan tak terputus dengan Allah.

Perintah shalat ini berarti larangan meninggalkan shalat. meninggalkan shalat berarti memutus hubungan dan komunikasi aktif bersama Allah.

KETIGA, Selalu khlas dalam niat dan Tindakan perilaku.

Perintah untuk ikhlas ditunjukkan melalui kalimat (لِرَبِّكَ/karena Tuhanmu).

Ikhlas akan meringankan segala beban yang berat, termasuk beban psikologis dan beban stress.

Perintah Ikhlas berarti Larangan bersifat dan bersikap Riya’, ingin dipuji, ingin popularitas semata-mata, hanya pamer, ingin macam-macam, bukan karena Allah.

orang yang berbuat karena Riya’ pasti kecewa, kecewa, kecewa dan kecewa.

Manusia tempatnya kecewa, manusia selalu kecewa dan mengecewakan.

Allah tempatnya menaruh harapan dan kepuasan.

KEEMPAT, Sifat rela berkorban.

Perintah untuk berkorban dengan memberi bantuan dipahami dari kalimat (وَانْحَر/ dan berkorbanlah)

Jiwa sosial dan solidaritas adalah modal besar untuk sukses dunia akhirat. Sifat rela berkorban, dermawan, suka berbagi dan peduli akan mempermudah menyelesaikan masalah.

Orang lain akan semakin mudah merapat dan membangun relasi dan kerja sama sehingga banyak masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Akhirnya rezeki pun mudah datangnya.

Perintah berkorban berarti larangan bersifat kikir.

Orang yang kikir, tidak mau berkorban, tidak mau berbagi, tidak peduli. Orang seperti ini akan mudah dijauhi orang lain,

mudah dimusuhi orang lain, dan mudah masuk dalam daftar orang-orang gagal.

Sungguh Maha Benar Firman Allah dalam al-Qur’an khususnya Surat al-Kautsar atau Surat an-Nahr di atas.

Semoga Allah senantiasa menata hati, jiwa, dan pikiran kita sehingga sifat-sifat pribadi mulia dan Tangguh tersebut tertanam sebagai karakter jati diri. Aamiin ya Allah Yang Maha Bijaksana.

 

Semoga

Pontianak, 31 Mei 2024 M/23 Dzulqaidah 1445 H.

Posted in: Fiqih, Kajian Islam

Leave a Comment