Dibaca 69
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa munasabah merupakan salah satu metode atau pendekatan menuju pemahaman dan tadabbur al-Qur’an. Munasabah ada beberapa macam, di antaranya Munasabah, hubungan yang serasi antara ayat pertama sebagai pembuka surat dengan ayat terakhir sebagai penutupnya. Contohnya.
Surat al-’Alaq atau surat Iqra’ terdiri dari 19 ayat.
Ayat pertama dan pembuka:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!
Ayat terakhir dan penutup:
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).
Apabila dihubungkan ayat pertama sebagai pembuka dan ayat terakhir sebagai penutup, maka tampak hubungan yang serasi, sehingga kesimpulannya, surat al-’Alaq mengandung tiga perintah utama, yaitu:
إِقْرَأْ – وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
1. Bacalah 2. Sujudlah 3. Mendekatlah
Membaca berarti belajar dan mengaktifkan potensi dan kekuatan akal untuk kecerdasan intelektual.
Perintah membaca dan belajar ini belum cukup, seharusnya dilengkapi dengan banyak sujud.
Banyak dan aktif membaca, bahkan semua dan apa saja dibaca, lalu menjadi pintar dan cerdas, tapi kurang atau tidak sujud, akan menjadi pintar dan cerdas tapi kurang ajar, pintar dan cerdas tapi sombong dan angkuh. pintar tapi ceroboh, memandang remeh orang lain. Menganggap dirinya sendiri yang waras, orang lain dianggap dungu, bodoh.
Hanya dengan bermodalkan banyak membaca, banyak berpikir, sehingga merasa pintar tapi tidak pintar merasa, tidak pintar mengontrol diri sendiri.
Oleh karena itu, perintah pelengkapnya adalah perintah sujud.
Banyak sujud, banyak mengaktifkan hati, banyak sujud akan membuat hati semakin lemah lembut dan menjadikan sikap tawadhu’ atau rendah hati.
Orang yang tawadhu, rendah hati itulah salah satu tandanya orang waras. Orang yang mampu menggunakan hatinya sebagai pengontrol dan pengendali terhadap gejolak emosi dan akal pikiran liar.
Akal pikiran yang tidak bisa dikontrol dan dikendalikan oleh hati, akan berpotensi dikendalikan oleh hawa nafsu.
Inilah yang menjadi sumber munculnya rasa sombong dan angkuh, merasa pintar segalanya, tidak tahu dan tidak mau menghargai orang lain.
Mendekat dan sedekat-dekatnya kepada Allah adalah menggunakan rasa, bukan dengan akal, apalagi akal-akalan dan hawa nafsu.
Rasa dekat bersama Allah itu sumbernya dari hati yang banyak sujud.
Allah mengingatkan:
اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ
… Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat dan bersih.” (QS. Asy-Syu’ara, : 89).
Hati akan menjadi salim (bersih dan selamat) melalui proses banyak sujud. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW.:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Seorang hamba akan sangat dekat dengan Tuhannya (Allah) pada waktu ia sedang sujud. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Tawadhu’ lawannya takabbur, alias sombong dan angkuh.
Semakin sombong dan angkuh semakin menjauh dari Allah. Semakin tawadhu’, semakin mendekat kepada Allah.
Rasulullah SAW. menegaskan:
مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
Tidaklah seseorang merasa tawadhu’ (rendah hati), kecuali Allah akan mengangkat (derajat)-nya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Sungguh sangat indah mukjizat al-Qur’an melalui munasabah ayat pertama dan terakhir dalam satu surat ini.
Tilawah, Membaca dan Tadabbur terhadap surat al-’Alaq di atas dengan perintah
إِقْرَأْ – وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
1. Bacalah 2. Sujudlah 3. Mendekatlah
Banyak membaca idealnya menghasilkan banyak ilmu dan kesadaran. Banyak ilmu idealnya akan semakin kuat mendorong untuk semakin banyak sujud kepada Allah.
Dengan banyak membaca dan banyak sujud, maka akan semakin dekat kepada Allah dan dekat dengan sesama manusia, dekat dengan sesama makhluk Allah.
Inilah di antara hikmah dan rahasia munasabah antar ayat pembuka dan ayat penutup dalam satu surat yang sangat serasi dan indah menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an.
Wallahu A’lam bi ash-Shawab