TAWASSUL DENGAN AHLUL KHAIR, WALIYULLAH, ALIM ULAMA dan ORANG-ORANG SALEH

Materi ini merupakan kutipan-kutipan dari penggalan yang telah disampaikan malam tadi pada Pengajian Hadis Rutin Ahad Malam di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Tawassul artinya mengadakan perantara, maksudnya berdoa kepada Allah melalui wasilah atau perantara orang lain.
Ahlul khair adalah orang-orang baik dan terbaik, orang-orang yang mempunyai keutamaan atau kemuliaan tertentu, seperti para alim ulama, waliyullah, ahli ibadah, orang-orang saleh, orang-orang yang sangat berjasa dalam perjuangan dakwah dan pendidikan Islam. pejuang-pejuang sosial kemnusiaan, dan lainnya.
Suatu saat Khalifah Umar bin Khaththab didatangi satu rombongan orang-orang Yaman, Beliau bertanya kepada mereka, ‘Apakah dalam rombongan kalian ada seorang bernama Uwais bin Amir?’ Ternyata dalam rombongan itu, ada Uwais, dan Khalifah Umar datang kepada Uwais bertanya, ‘Apakah kamu Uwais bin Amir?’
Uwais menjawab, ‘Ya. Benar saya Uwais.’
Khalifah Umar bertanya lagi, ‘Kamu berasal dari Murad dan dan Qaran?’
Uwais menjawab, ‘Ya benar.’
Khalifah Umar bertanya lagi, ‘Apakah kamu pernah ditimpa penyakit kusta, lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham pada dirimu?’
Uwais menjawab, ‘Ya benar.’
Khalifah Umar bertanya lagi, ‘Apakah ibumu masih hidup?’
Uwais menjawab, ‘Ya, ibu saya masih hidup.’
Khalifah Umar berkata, Wahai Uwais, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad dan dari Qaran. Ia pernah ditimpa penyakit kusta, lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah, maka akan dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu mau memohon agar dia memohonkan ampunan untuk kalian, lakukanlah!’ Oleh karena itu wahai Uwais, mohonkanlah ampunan untukku!’
Lalu Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Khaththab.
(HR. Muslim dari Usair bin Jabir).
Uwais bin Amir yang dimaksud dalam hadis ini adalah Uwais al-Qarni, ia berasal dari daerah Qaran di Yaman.
Dalam hadis ini, Khalifah Umar bin Khattab meminta kepada Uwais al-Qarni agar mendoakan ampunan kepada Allah untuk dirinya.
Mengapa Khalifah Umar bin Khattab meminta didoakan oleh Uwais al-Qarni?
Apakah Uwais al-Qarni lebih utama daripada Umar bin Khattab?
Umar bin Khattab adalah sahabat dan Khalifah Rasyidin sangat dekat dan selalu bersama Rasulullah SAW. tetap lebih utama dari Uwais al-Qarni.
Apakah doa Umar bin Khattab sendiri langsung kepada Allah diragukan akan dikabulkan oleh Allah? Sehingga meminta Uwais al-Qarni mendoakan dirinya? Tentu tidak.
Khalifah Umar bin Khattab meminta kepada Uwais al-Qarni agar mendoakan ampunan kepada Allah untuk dirinya, atas rekomendasi dan perintah Nabi SAW.
Nabi SAW. merekomendasikan secara khusus nama Uwais al-Qarni kepada Umar bin Khattab, agar memohon kepada Uwais al-Qarni untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk dirinya.
Uwais al-Qarniy mempunyai keutamaan dan kemuliaan tersendiri, di antaranya pengabdian dan pelayanan terbaiknya kepada ibunya yang sangat luar biasa. Ia merawat dan memberi kepuasan memenuhi keinginan ibunya, termasuk keinginan ibunyaa mau melaksanakan ibadah haji, padahal ibunya dalam keadaan lumpuh. Demi memenuhi keingina dan kepuasan ibunya, Uwais al-Qarni menggendong ibunya dari Yaman ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.
Hadis yang dikemukakan di atas dikutip oleh Imam an-Nawawi (676 H/1277 M) dalam kitabnya Riyadh ash-Shalihin sebagai contoh disunnatkannya memohon kepada ahlul khair, yakni orang-orang baik dan terbaik, orang-orang mulia dan utama, waliyullah, alim ulama, orang-orang saleh, agar memohonkan doa kepada Allah untuk diri kita.
Muhammad bin ‘Allan ash-Shiddieqiy (1057 H.) dalam kitabnya Dalil al-Falihin menjelaskan bahwa hadis ini merupakan salah satu contoh bolehnya bertawassul dengan ahlul khair.
Maksudnya, tawassul adalah memohon doa kepada Allah melalui wasilah atau perantara. seperti tawassul dengan ahlul al-khair, seperti Uwais al-Qarni.
Di kalangan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah, dikenal beberapa macam tawassul, antara lain:
1. Tawassul dengan Asmaul Husna (QS. Al-Isra’: 110).
2. Tawassau dengan amal saleh (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar).
3. Tawassul dengan ahlul khair, orang-orang baik dan terbaik, orang-orang mulia dan utama, para Waliyullah, Alim ulama, orang-orang saleh, sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas.
Ketika saya masih kecil belum sekolah, di kampung halaman di Desa Bonde Campalagian Polman Sulawesi Barat, setiap hari Jumat ibuku mengajak saya sambil membawa bungkusan, mendatangi para ulama, Kyai atau Ustadz di rumahnya untuk memohonkan doa keselamatan dan doa tolak balak. Ibuku mempercayai para ulama, orang-orang saleh, para wali lebih dekat dan lebih disayangi Allah sehingga doanya lebih mustajab, lebih cepat dikabulkan.
Kebiasaan mendatangi para alim ulama, orang-orang saleh, dan ahlul khair lainnya untuk memohon agar didoakan sebagaimana hajatnya inilah yang seringkali dilakukan ketika ada hajat tertentu yang dianggap sangat penting, misalnya ketika hendak mendaftar sekolah, mau masuk ke Pondok Pesantren, mau kuliah, mau lanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, atau mau mencari dan melamar pekerjaan, atau mau pergi perjalanan jauh, mencari rezeki di laut, dan lain-lainnya.
Praktek dan kebiasaan seperti ini sekaligus sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap para alim Ulama, Kyai, guru atau Ustadz.
Semoga Bermanfaat
Pontianak, Ahad, 6 Agustus 2023
Posted in: Fiqih, Kajian Islam

Leave a Comment