Dibaca 57
Beragama dalam pengertian menjalankan ajaran agama Islam, bukan sekedar memiliki atau menganut agama. Sebagaimana istilah berpakaian, maksudnya menggunakan dan memakai pakaian itu, bukan sekedar memiliki pakaian hanya untuk dipajang dan disimpan.
Hati dalam diri manusia sebagai wadah dan tempatnya iman dan keyakinan dalam beragama. Prosesi pelaksanaan kegiatan keagamaan, seperti ibadah ritual spiritual hubungan dengan bersama Allah, ibadah sosial, moral kemanusiaan dan lingkungan lebih banyak dan dominan atas dorongan dari keyakinina dari lubuk hati yang terdalam atau hati Nurani. Bukan berarti mengabaikan akal, karena penggunaan akal juga penting dalam beragama, hanya saja porsinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan porsi penggunaan hati Nurani. Bahkan ikhlas, syukur, sabar, tawakkal, semuanya dominasi dari hati Nurani.
Suatu saat Rasulullah SAW. sedang ceramah di hadapan para sahabat, lalu Beliau bertanya kepada para jamaah di kalangan para sahabat, siapa yang mau menerima atau mengambil beberapa hal dari diriku ini? mau mengamalkan dan mau mengajarkan kepada orang lain? Para sahabat diam, kecuali Abu Hurairah, menyahut, saya siap wahai Rasulullah. Lalu Beliau mendekati Abu Hurairah dan memegang tangannya, sambil menyebutkan lima hal, yaitu:
اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَلاَ تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Takutlah terhadap apa saja yang telah diharamkan Allah, niscaya engkau menjadi manusia ahli ibadah. Merasa relalah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi orang beriman, Cintailah sesama manusa seperti engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi manusia muslim. Janganlah terlalu banyak tertawa, sebab terlalu banyak tertawa akan mematikan hati. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Dalam hadis ini, ada lima pesan Nabi SAW. dalam menjalankan ajaran agama, yaitu:
1. اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ
Takutlah terhadap apa saja yang telah diharamkan Allah, niscaya engkau menjadi manusia ahli ibadah. Ahli ibadah yang dimaksud adalah akan menjadi manusia yang rajin beribadah, ringan langkahnya untuk selalu melaksanakan ibadah, memperhatikan waktu-waktu shalat, rukun-rukun, syarat, sunat-sunatnya dan keutamaannya. Termasuk ahli ibadah yang dimaksud adalah menghindari terhadap apa saja yang diharamkan dalam Islam, akan menyebabkan ibadah yang dilaksanakn semakin berkualitas, semakin tenang dan khusyu’. Semakin terpelihara dan terjaga dalam beribadah, dan semakin memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah.
Sesuatu yang diharamkan atau yang dilarang dalam agama, secara garis besarnya ada dua macam; 1. Haram karena perbuatan, dan 2. Haram karena zatnya atau bendanya. Haram karena perbuatan, seperti mencuri, menipu, membunuh, berzinah, berbohong, memfitnah, menyakiti orang lain, dan perbuatan jahat lainnya, Adapun yang haram karena zatnya, berupa makanan, minuman, obat-obatan, atau kosmetika yang buat dari zat diharamkan dalam Islam.
Orang yang benar-benar serius memperhatikan dan menjaga diri dari apa yang telah diharamkan Allah, namanya orang Wara’.
Dalam hadis lainnya, Nabi SAW. menyebutkan jadilah engkau Wara’, niscaya engkau menjadi ahli ibadah.
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Wahai Abu Hurairah, Jadilah kamu seorang yang wara`, niscaya kamu menjadi manusia yang paling beribadah. Jadilah kamu menjadi seorang yang merasa kecukupan, niscaya kamu menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi seorang mukmin. Perbaikilah hubungan dalam bertetangga dengan tetanggamu, niscaya kamu akan menjadi seorang yang berserah diri. Dan sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
2. وارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Merasa relalah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya.
Merasa senang, gembira atau merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, akan membuat hati merasa nyaman, tenang dan puas itulah kekayaan hati yang luar biasa. Merasa rela dan senang, namun tetap saja harus selalu optimis dan produktif yang positif.
Rasulullah SAW. bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Ketenangan dalam hidup ini tidak semata-mata pada persoalan banyak dan sedikitnya rezki material, akan tetapi lebih pada bagaimana kita menyikapi rezki pemberian Allah SWT. Walau secara material dan kuantitas, jumlahnya tidak banyak, tapi dengan hati dan jiwa lapang kita merasa cukup dan senang, maka kita akan hidup dengan tenang. Tapi, kalau kita menyikapi nikmat pemberian Allah, tidak pernah merasa cukup, selalu merasa kurang selalu mau banyak, dan banyak mengeluh, serta menyalahkan orang lain, maka pastilah hidup kita tidak pernah tenang dan nyaman, tapi selalu gelisah dan berpotensi menjadi stress. Pada akhirnya bisa jadi penyakit. Ketetapan Allah untuk kita, itulah yang terbaik.
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ
Apa yang Allah ciptakan dan tentukan itulah yang terbaik (QS. As-sajdah, 32: 7).
3. وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi orang beriman,
Di antara ukuran bahwa seseorang itu beriman ialah apabila mau berbuat baik kepada tetangganya, di tempat tinggal maupun tetangga di tempat kerja, apakah tetangganya muslim atau non muslim. Rasulullah SAW. menegaskan:
وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Orang Mukmin adalah orang yang orang lain merasa aman atas darah dan harta mereka. (HR. Nasai).
4. وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا
Cintailah sesama manusa seperti engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi manusia muslim.
Tandanya orang Muslim ialah dibuktikan dengan cara selalu mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Menganggap orang lain bagian dari dirinya.
Rasulullah SAW. menegaskan:
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Kalian tidak akan masuk surga kecuali Anda beriman. Anda belum dianggap beriman kecuali Anda sudah saling mencintai antara satu dengan lainnya. Maukah kalian kuberutahu caranya saling mencintai? Yaitu menyebarkan salam, keselamatan dan perdamaian terhadap sesama kalian. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
5. وَلاَ تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Janganlah terlalu banyak tertawa berlebihan, sebab terlalu banyak tertawa berlebihan akan mematikan hati.
Pesan kelima ini sangat menentukan, sebab orang yang bisa merasa takut dan menghindari hal-hal yang diharamkan dalam Islam adalah orang yang hatinya hidup dan bersih. Orang yang rela dan senang menerima semua ketentuan Allah, adalah orang yang hatinya hidup dan bersih. Orang yang mau berbuat baik dan mencintai terhadap sesamanya adalah orang yang hatinya hidup dan bersih.
Ada bayak cara yang bisa dilakukan dalam rangka menjaga dan menghidupkan hati di antaranya dengan banyak istigfar, banyak dzikir dan shalawat, banyak ibadah, puasa, rajin membaca al-Qur’an, sering mengaji, sering ikut majlis ta’lim, banyak bergabung bersama para ulama, ahli hikmah, orang-orang salih yang jauh dari gosip, fitnah, dan hoax, dan lain-lain.
Tidak peduli pada persoalan haram, tidak rela menerima takdir ketentuan pemberian Allah, tidak mau berbuat baik, tidak mau mencintai orang lain, itu merupakan tanda bahwa hati nurani tidak berfungsi dalam beragam, hanya menggunakan akal dan hawa nafsu, yang penting tujuan tercapai, enak dan nyaman.
Semoga kita termasuk dalam golongan yang menggunakan hati nurani dalam menjalankan ajaran agama. Aamiin.
Materi ini bagian dari apa yang disampaikan pada Khutbah Jumat, 21 Syawal 1444 H/12 Mei 2023 di Masjid al-Jamaah Jl. Surya Pontianak.