Dibaca 117
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UN
Tulisan berikut ini merupakan pernyataan dan persaksian saya terhadap alm. Puang Pangrita Angregurutta Prof. Dr. KH. Ali Yafie sebagai kekasih Allah yang akan dipanggil di sisi-Nya:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku! (QS. Al-Fajr: 27-30).
Satu musibah lagi menimpa umat Islam dan bangsa Indonesia dengan wafatnya seorang Ulama Besar dan Tokoh, Guru Bangsa yang sangat tawadhu’ bernama Prof. Dr. KH. Ali Yafie. Kalangan ulama dan para santri di masyarakat Sulawesi Selatan popular dengan sebutan Angregurutta atau Puang Pangrita sebuah istilah bagi seorang ulama Besar.
Beliau wafat di Jakarta pada hari sabtu, 25 Pebruari 2023 dalam usia 97 tahun.
Beliau lahir 1 September 1926 di Donggala Sulawesi Tengah, proses perjalanan intelektual-spritualnya banyak dibentuk di Sulawesi Selatan khususnya daerah kabupaten Pinrang.
Ulama besar yang tidak pernah merasa dirinya besar dan tidak pernah membesar-besarkan dirinya. Penampilan tawadhu’nya yang menjadi ciri khas dan karakter seorang Puang Pangrita.
Sekitar tahun 1993-an mengikuti kuliah dan ceramah Beliau di Kampus Satu Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Jl. Kakatua Makassar.
Ketika berkesempatan menjadi peserta Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di Jakarta tahun 1997, Beliau sempat menyampaikan materi bersama KH. Hasan Basri ketua Umum MUI pada saat itu.
Sangat berkesan hingga hari mengenai pembahasan Beliau mengenai Ketahanan Spritual, Ketahanan Pangan material, dan Ketahanan Keamanan mengacu pada ayat 3 dan 4 Surat Quraisy.
فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ࣖ
maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah)yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut. (QS. Quraisy: 3-4).
Tahun 2002 ketika berstatus sebagai mahasiswa Program S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya beberapa kali berkesempatan datang ke rumah Beliau di Jl. Pemuda Jakarta Timur belajar dan menanyakan beberapa hal, termasuk mohon izin dan arahan mengenai rencana dan keinginan menerjemahkan kitab berjudul Mukhtashar an-Nasikh wa al-Mansukh fi Hadits Rasulillah karya Dr. Izzuddin Husain asy-Sekh. Alhamdulillah, setelah selesai saya terjemahkan, Beliau bersedia membaca dan mengoreksi termasuk memberi kata Pengantar pada Buku tersebut berjudul Menyikapi Hadis-Hadis yang Saling Bertentangan diterbitkan Pustaka Firdaus Jakarta tahun 2003. Dalam urusan inilah, saya berkali-kali datang ke rumah Beliau dan juga ke kantor Beliau sebagai Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Selama belajar, mengikuti, dan mendengarkan apa yabg Beliau sampaikan sungguh sangat berkesan ketawadhu’an, kehati-hatian, keluasan ilmu, kedalaman spiritual, keteraturan dan keterarahan pembicaraan Beliau.
Sangat berkesan, setiap kali saya datang ke rumah Beliau, belum pernah saya melihat kedua tangan Beliau diangkat dan berada di atas pegangan kursinya, kedua tangan Beliau selalu diletakkan di atas kedua pahanya dengan sangat merendah.
Setiap kali saya datang dan menunggu di ruang tamu, Beliau keluar dari kamarnya dengan pakaian batik, dan pakaian yang sangat rapi lengkap dengan kopiah seperti layaknya menerima tamu lainnya.
Ketika dalam posisi yang merendah di kursinya, barulah Beliau mulai pembicaraan dengan nada suara yang pelan dan jelas.
Sikap ketawadhu’an alm. Puang Pangrita Angregurutta Prof. Dr. KH. Ali Yafie ini sangat berkesan membuat kharismatiknya semakin tampak berkelas.
Suatu kejadian yang tak akan terlupakan, adalah ketika acara Tasyakkuran Hari Ulang Tahun Beliau ke- 70 tahun yang dirangkaikan dengan bedah buku dan peluncuran karya Beliau, “Fiqh Sosial” di salah satu Gedung di Kawasan Kuningan Jl. Rasuna Said Jakarta, pada saat jelang selesai acara, saya mendapat telpon berita dari keluarga yang ada di rumah di Pondok Bambu Kediaman alm. Prof. Dr. H. Baharuddin Lopa, bahwa “Amerika Kiamat” maksudnya Gedung Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City Amerika Serikat hancur luluh lantah oleh serangan pesawat.yang menabraknya pada Selasa, 11 September 2001.
Kalua ingat serangan Gedung WTC New York City, 11 September 2001, ingat pula peringatan Ulang Tahun Prof. Dr. KH. Ali Yafie yang ke- 70 karena bersamaan waktunya.
Ulama teduh dan menyejukkan, bicara seperlunya, sangat wara’, sangat hati-hati dan penuh tawadhu’ rendah hati, tapi sangat tegas memegang prinsip.
Keteladan dan panutan seperti Beliau sangat dirindukan dan diperlukan umat dan bangsa ini di tengah krisis figur keteladanan.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، اللهم اجعل قبره روضة من رياض الجنة وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ مع الأبرار وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
Al-Fatihah
Pontianak, 26 Pebruari 2023