Dibaca 110
Judul ini merupakan pembahasan dalam kajian hadis rutin di Masjid Darul Falah Jl. Prof. M. Yamin Pontianak menggunakan kitab Dalil al-Falihin Setiap Senin malam antara magrib-isya. (16-01-2023).
Menjaga lidah maksudnya tidak sembarangan dan obral bicara ngawur dan dusta, menutupi aib dan cacat saudaranya, tidak menyebarluaskan aib, tidak menyebarkan fitnah, berita palsu, hoax, dan pemberitaan yang bernada kebencian, dan lainnya.
Sebagaimana biasa dalam pembahasannya selalu mengemukakan ayat dan hadis serta keterangan para ulama mengenai tema yang dibahas.
Dalam al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ
SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG SENANG ATAS TERSEBARNYA (BERITA BOHONG) YANG SANGAT KEJI ITU DI KALANGAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN, MEREKA MENDAPAT AZAB (SIKSAAN) YANG SANGAT PEDIH DI DUNIA DAN DI AKHIRAT. (QS. An-Nur, 24: 19).
Allah menyebutkan balasan azab atau siksaan yang sangat pedih di dunia dan di akhirat bagi orang yang senang terhadap penyebaran berita bohong, hoax, fitnah yang keji terhadap sesama saudaranya.
Orang yang hanya senang dan suka adanya berita bohong tersebar dan viral saja mendapat siksaan sangat pedih, apalagi narasumber pembicara, dan pembuat berita bohong, hoax, fitnah yang keji, siksaannya lebih pedih lagi.
Dalam penjelasan para ulama, bahwa ayat QS. An-Nur: 19 tersebut berkaitan dengan sikap orang-orang munafik yang senang dan suka menyebarkan berita bohong dan fitnah terhadap keluarga Aisyah istri Nabi SAW.
Di antara tanda dan sifat orang munafik adalah suka membuat dan menyebarkan berita palsu, bohong, fitnah, hoax, hujatan kebencian yang tak berdasar dan lain-lain.
Sebagai seorang muslim yang baik dan terbaik adalah selalu bisa mengontrol dan menjaga lidah agar tidak sembarang obral bicara yang buruk dan menyakitkan, apalagi menjadi fitnah. akibatnya bukan hanya orang lain, tapi justru kembali kepada diri sendiri dan keluarga. sekaligus menandakan itulah kualitas dirinya yang sebenarnya.
ucapan seseorang biasanya mencerminkan sifat dan karakter yang sebenarnya.
hindarilah pemmbuatan dan penyebaran berita bohong dan fitnah sebagai ekspresi kebencian terhadap orang lain. Walaupun pembuat dan penyebar berita nohong dan fitnah ini menggunakan baju dan tempat serta simbol-simbol agama, layaknya seorang ahli agama, tokoh, dan lain-lain.
Apa yang dibicarakan dan keluar dari mulut secara kasar dan kebohongan itulah tanda hati yang kasar hati yang buruk, atau hati yang sakit.
Kebesaran orang dilihat dan dinilai pada sikap dan tutur katanya yang sesuai dan mencerminkan ajaran Islam.
Bukan menilai kebenaran berdasarkan kebesaran orang yang semu, hanya tampilan baju simbolik kebesaran dalam pandangan lahiriah.
Rasulullah SAW. bersabda:
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidaklah seseorang menutupi aib sesama saudaranya di dunia, kecuali Allah juga akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Semoga Allah senantiasa menata hati, pikiran dan sikap kita sehingga terpelihara terhindar dari sifat-sifat fitnah dan kebencian.
Pontianak, 19 Januari 2023