Dibaca 164
Materi ini adalah khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, 9 September 2022 M/12 Shafar 1444 H.
Alhamdulillah, kita bersyukur ke Hadirat Allah SWT. atas segala nikmat-Nya; berupa kesehatan dan kekuatan, hidayah dan Taufik-Nya, hati dan pikiran kita terarahkan untuk selalu beramal baik dan menebar kemanfaatan sesuai dengan kapasitas dan profesi masing-masing. Allah SWT. berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِه خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. (QS. Ar-Rum, 30: 22).
Allah menciptakan perbedaan dan keragaman tabiat, kecenderungan, pikiran, mental dan potensi spritualitas sebagai ujian sekaligus motivasi agar semakin bersemangat berlomba-loma dalam mengisi pundi-pundi kebaikan. (فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ).
Nabi SAW. pernah ditanya:
أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ
”Amal apa yang paling utama? Beliau menjawab: ”beriman kepada Allah”. (HR. Bukhari dari Abu Dzarr).
Dalam kesempatan lain, Beliau ditanya lagi:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقِيلَ لَهُ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
”Amal apa yang paling utma? Beliau menjawab: ”Berjihad di jalan Allah”. (HR. Ahmad dari Abu Wail).
Beliau ditanya lagi:
“أَيُّ العَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى مِيقَاتِهَا”
“Amal apa yang paling utama? Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya”. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud).
Beliau ditanya lagi:
أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Amal apa yang terbaik dalam Islam? Beliau menjawab: “Memberi makanan dan mengucapkan as-Salam kepada orang yang dikenal dan yang belum dikenal. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr).
Rasulullah SAW. ditanya mengenai satu masalah oleh para sahabat yang berbeda-beda dan di tempat yang berlain-lainan, Beliau menjawabnya dengan jawaban yang berbeda-beda.
Hal ini menunjukkan bahwa Beliau menghargai perbedaan dan keragaman serta sangat bijak menyesuaikan siapa yang bertanya dan dalam konteks apa. Sekaligus hal ini menunjukkan bahwa jalan menuju keutamaan, kemuliaan dan pencapaian ridha Allah tidak tunggal, tetapi banyak jalannya.
Syekh Muhammad Amin al-Kurdi (1913) dalam kitabnya Tanwir al-Qulub, mengatakan: “Setiap orang adalah Murid, yakni orang yang sedang berjalan menuju Allah, menginginkan Allah, ingin meraih dan mencapai ridha Allah, setidaknya ada enam macam modelnya, yaitu:
1. Sebagai ‘Abid (Ahli ibadah).
Yakni orang-orang yang lebih banyak mengkhususkan diri beribadah dan berdzikir kepada Allah. Mereka tidak sibuk dengan aktivitas duniawi. Dalam konteks ini, Rasulullah SAW. bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Apabila kalian melewati taman-taman surga, maka gembalakanlah diri kalian di sana! Para sahabat bertanya: “Apa itu taman surga? Beliau menjawab: “Halaqah, kumpulan lingkaran majelis dzikir”. (HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik).
2. Sebagai ‘Alim/Ulama,
Termasuk para kyai, ustadz/ustadzah, para guru, muballigh, yang umurnya lebih banyak digunakan untuk memberikan pencerahan, pengarahan dan penerangan ilmu agama kepada masyarakat di lenbaga pendidikan agama, melalui ceramah dan pengajian serta buku, media cetak dan media sosial, media online. Ilmu dan hikmah yang diajarkan akan mendorong untuk lebih dekat kepada Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
أَقْرَبُ النَّاسِ مِنْ دَرَجَةِ النُّبُوَّةِ أَهْلُ العِلْمِ وَالْجِهَادِ أَمَّا أَهْلُ الْعِلْمِ فَدَلُّوْا النَّاسَ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ وأَمَّا أَهْلُ الجِهَادِ يُجَاهِدُوْنَ بِأَسْيَافِهِمْ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ
“Orang paling dekat dengan derajat kenabian adalah para ulama dan pejuang. Ulama memberikan bimbingan kepada manusia atas ajaran yang dibawa para rasul. Sedangkan pejuang berjihad dengan senjata mereka atas ajaran yang dibawa para rasul,” (HR Dailami dari Ibnu Abbas).
3. Sebagai Muta’allim (Pembelajar).
Yakni orang-orang yang rajin belajar agama. Umur dan waktunya lebih banyak digunakan untuk selalu belajar, tak pernah merasa bosan apalagi berhenti. Dalam konteks ini, Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ
Siapa yang berjalan untuk pergi belajar, Allah akan mempermudah baginya menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya bagi yang belajar sebagai bentuk gembiranya apa yang dilakukan. (HR. Muslim dari Abu Darda’).
4. Sebagai Muhtarif (pekerja atau professional).
Yakni orang-orang yang rajin bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, untuk diri, keluarga, dan sosial serta agama. Mereka yang bekerja keras berkeringat untuk pemenuhan tanggung jawabnya, maka pekerjaannya itu ibarat seperti dzikir dan wiridnya. Semua kelelahannya dalam bekerja adalah bernilai ibadah. Rasulullah SAW. bersabda:
وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
Sungguh tidaklah engkau membelanjakan harta dengan tujuan mengharapkan ridha Allah, kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), termasuk yang kamu belanjakan untuk keluargamu.” (HR. Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash).
5. Sebagai Waliy (Pemimpin/Pemerintah).
Yakni orang-orang yang diberi amanah tanggung jawab mengurusi keperluan umat dan bangsa. Mampu membuat kebijakan untuk kemaslahatan umat dan mencegah umat dan bangsa dari kerusakan dan kesengsaraan. Membuat kebijakan untuk Kesehatan, Pendidikan, kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, mengatasi pengangguran, dan lainnya untuk umat dan bangsa.
Syekh Muhammad Amin al-Kurdiy mengatakan: “seorang pemimpin yang mengurusi dan melayani memenuhi kebutuhan orang banyak dengan niat ikhlas bisa lebih utama, lebih mulia dari pada orang yang sibuk dengan dzikir dan wirid.
Rasulullah SAW. bersabda:
أَفْضَلُ عِبَادِ الله عِنْدَ الله مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ عَادِلٌ رَفِيقٌ وَإِنَّ شَرَّ عِبَادِ الله عِنْدَ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ خَرِقٌ
Manusia yang paling utama di sisi Allah pada hari kiamat kelak adalah pemimpin yang adil yang lemah lembut (kasih sayang). Seburuk-buruk manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah pemimpin yang zhalim dan kasar. (HR. Thabarani dari Umar bin Khattab).
Termasuk pemimpin dalam semua tingkatan Semakin tinggi tanggung jawab dan tantangannya dalam mengurusi kepentingan umat, orang banyak semakin tinggi pula nilai pahala di sisi Allah.
6. Sebagai Muwahhid,
Yakni orang-orang yang tenggelam dalam keesaan Allah. Mereka ini sangat dekat bahkan selalu bersama dengan Allah. Tidak ada lagi kerinduannya selain rindu kepada Allah. Seluruh aktifitasnya semuanya mengarah pada kedekatan dan kebersamaan Allah. Inilah yang biasa disebut sebagai Wali Allah, kekasih dan pilihan Allah.
Selain dari apa yang disebutkan di atas, masih banyak lagi model dan rute jalan menuju pencapaian ridha Allah, termasuk para pemimpin, pengurus, dan aktivis oganisasi urusan keagamaan, Dakwah, Pendidikan, Kesehatan, sosial, ekonomi, dan lainnya.
Demikian juga para donatur dan relawan yang menghabiskan waktu, pikiran, tenaga dan keuangannya untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Keragaman dan perbedaan rute jalan menuju pada Allah ini, antara satu dengan lainnya masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, sebaiknya saling saling melengkapi dan saling menghargai, tidak saling menyalahkan dan mencela. apalagi saling membanggakan diri dan kelompok.
Semoga Allah Yang Maha Bijak mempermudah jalan kita menuju pencapaian Ridha Allah. Aamiin.
Pontianak, Jumat, 9 September 2022 M/12 Shafar 1444 H