Dibaca 312
Keterangan Foto:
AG. KH. M. Sanusi Baco di samping kiri saya
Prof. AG. KH. Farid Wajdi, MA di samping kanan saya
Prof. Dr. M. Ghalib, MA paling ujung di sebelah kanan.
(23 Januari 2009 halaman Diniyah Putri Sumatra Tahawalib).
Pengalaman kami sudah 4 kali mengikuti Ijtima Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia yang berlangsung setiap tiga tahun.
Pertama di Pondok Pesantren Diniyah Putri Sumatera Thawalib Padang Panjang Sumatera Barat, berlangsung 23-26 Januari 2009 dibuka secara resmi oleh H.M. Jusuf Kalla Wakil Presiden RI masa Susilo Bambang Yudhoyono.
Kedua, di Pondok Pesantren Cipasung Jawa Barat berlangsung 29 Juni – 2 Juli 2012 dibuka secara resmi oleh Prof. Budiono Wakil Presiden masa Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketiga, di Pondok Pesantren Attauhidiyah Tegal Jawa Tengah berlangsung 7-10 Juni 2015 dibuka secara resmi oleh H.M. Jusuf Kalla Wakil Presiden masa Joko Widodo.
Keempat, di Pondok Pesantren al-Falah Banjarbaru Kalimantan Selatan berlangsung 7-10 Mei 2018 dibuka secara resmi oleh Menteri Agama H. Lukman Hakim Saifuddin.
Keempat ivent kegiatan terbesar MUI selain MUnas tersebut, semuanya sangat bagus terutama karena membahas dan menetapkan Fatwa sebagai pedoman dan jawaban terhadap persoalan yang dihadapi umat Islam dan bangsa ini.
Hanya saja, yang paling seru dan semarak adalah Ijtima Komisi Fatwa MUI se-Indonesia ke III di Padang Panjang karena membahas Fatwa Golput menjelang Pemilu dan masalah hukum rokok. Pesertanya luar biasa membludak, bukan hanya dari MUI, tapi dari Ormas Islam, Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi dan organisasi lainnya termasuk dari beberapa negara sahabat yang ikut hadir.
Namun, kesan dan kenangan khusus terkait antara AGH. KH. M. Sanusi Baco dengan H.M. Jusuf Kalla saya menyaksikan sendiri ketika di Padang Panjang, 23 Januari 2009.
Peserta Ijtima Komisi Fatwa MUI se-Indonesia ini dari Pengurus MUI Sulawesi Selatan yang hadir adalah AGH. KH. M. Sanusi Baco, Prof. Dr. KH. Farid Wajdi, MA., Prof. Dr. M. Ghalib, Prof. Dr. KH. Rahim Yunus, semuanya adalah guru dan dosen saya di Pendidikan Kader Ulama MUI Sulawesi Selatan.
Acara pembukaan Ijtima Komisi Fatwa MUI berlangsung di Aula Gedung Utama Pondok Diniyah Putri Sumatera Thawalib. Seluruh peserta Ijtima dari seluruh Indonesia sudah duduk tertib dan rapi bahkan ruangan sudah penuh. Saya selaku peserta dari MUI Provinsi Kalimantan Barat mengambil posisi duduk di tengah-tengah tidak jauh dari depan juga tidak jauh dari belakang.
Pada waktu acara pembukaan berlangsung yang dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden, maka diberlakukan sstem protokol kenegaraan ketat sebagaimana biasa dalam acara kenegaraan.
Ketika tiba waktunya sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Wakil Presiden, seusai dipersilakan oleh MC. Berdirlah H.M. Jusuf Kalla menuju fodium di atas panggung.
Beliau sudah dalam posisi berdiri tegap pas di depan mic di atas fodium, tiba-tiba Beliau tidak jadi mengucapkan salam, malah Beliau turun dari panggung berjalan menuju ke sela-sela peserta yang posisi kursinya agak jauh ke belakang.
Para peserta Ijtima pada heran dan penasaran, hampir semua mata peseta memandang ke arah Jusuf Kalla berjalan.
Rupanya Beliau mendatangi dan menyalami seorang ulama yang tawadhu’, teduh, dan tenang, itulah AG. KH. M. Sanusi Baco yang duduk bersama peserta lainnya tanpa merasa ada berbeda kelasnya.
Setelah menyalami Kyai kharismatik dari Sulawesi Selatan, barulah Jusuf Kalla kembali ke panggung ke fodium memulai pidato resminya selaku Wakil Presiden.
Ini suatu kesan pemandangan sangat berkesan.
Seorang sosok ulama besar tapi sangat tawadhu’, sederhana, apa adanya, tidak mau tampil ke depan, apalagi disanjung-sanjung. Demikian juga seorang Jusuf Kalla yang dalam posisinya sebagai Wakil Presiden tidak segan-segan turun dari panggung hanya untuk menaruh hormat dan salam kepada sosok ulama KH. M. Sanusi Baco.
Sembilan tahun kemudian, yakni tahun 2018, KH. M. Sanusi Baco dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita di Jakarta karena mengalami keluhan masalah jantung.
Saya sempat menjenguk Beliau di Rumah Sakit. Di hari saya datang, kondisi Beliau lagi agak baik, kebetulan pengunjung lagi sepi sehingga saya berdua dengan Beliau. Seperti biasa Beliau melayani ngobrol tamunya tidak membedakan antara pejabat, teman sejawat, mahasiswa, murid, santri atau kalangan mana pun. Beliau selalu bersemangat cerita tentang ilmu, amal dan pengabdian kepada umat dan bangsa.
Kata Beliau, sebenarnya, tidak pernah berpikir mau dirawat di rumah sakit seperti ini di Harapan Kita, tapi karena atas permintaan H.M. Jusuf Kalla dan semuanya Beliau yang tanggung biayanya dari Makssar-Jakarta hingga selama dalam masa perawatan.
Mengikuti permintaan dan meloloskan mempermudahkan bantuan orang lain untuk mau berbuat baik dan beramal itu juga adalah ibadah yang sangat besar nilainya.
Luar biasa tidak mau menyusahkan, mengecewakan apalagi menyakiti orang lain.
Oleh karena tamu lainnya sudah pada berdatangan, maka saya pun tahu diri untuk segera berbagi kesempatan mengharap berkah dari Puang Angregurutta. Saking hormat, ta’zhim, senang dan gembiranya bisa duduk berdekatan, sampai saya lupa ambil foto bersama dengan Beliau di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Begitu juga Masjid Raya Makassar yang begitu Megah dan Indah, Imam Besarnya adalah AG. KH. M. Sanusi Baco, dan seluruh biaya operasionalnya masjid tersebut ditanggung oleh pribadi H.M. Jusuf Kalla.
Saya teringat, tahun 1995, ketika kami tinggal dan belajar sama Beliau di Pendidikan Kader Ulama MUI Sulawesi Selatan di Komplek Masjid Raya Makassar. Kami tinggal di asrama Komplek Masjid Raya Makassar. Semua keperluan konsumsi selama dalam pendidkan, pagi, siang dan malam, semuanya di rumah Hj. Fatimah Kalla yang posisinya dalam komplek Masjid Raya Makassar. Semua kebaikan ini berkat hubungan persahabatan sekaligus hubungan guru dan murid, antara AG. KH. M. Sanusi Baco dan H.M. Jusuf Kalla.
Ketika H.M. Jusuf Kalla sedang menikmati rasa syukur hari ulang tahun ke 79, Sabtu, 15 Mei 2021 di Jakarta. Pada hari yang sama mendengar kabar duka wafatnya sahabat dan guru spritualnya, AG. KH. M. Sanusia Baco di Makassar. Beliau dan keluarga datang ke Makassar khusus untuk melayat sekaligus menshalati jenazah Beliau di Masjid Raya Makassar tempat sama-sama mengabdi demi umat untuk meraih Ridha Allah.
Allah akan melimpahkan balasan terbaik di alam kubur dan surga-Nya atas semua pengabdian dan kebaikan yang telah ditebarkan dan ditaburkan selama ini.
Al-Fatihah
Pontianak, 17 Mei 2021