KH. M. SANUSI BACO, Lc: ULAMA SEJUK DAN PENYEJUK UMAT DAN BANGSA

Malam Sabtu kemarin, saya lagi ngobrol bersama isteri di rumah. Saya cerita sekilas silsilah dan warisan kecerdasan intelektual keluarga saya dari Manjopai Karama Tinambung, yaitu DR. Muhammad Nawawi Yahya bersaudara semuanya orang cerdas di atas rata-rata.
Ada dua orang kemenakannya yang mengikuti jejaknya ikut kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yaitu Muhammad Riyadh dan H. Abd Razak Puang Limboro (maaf di kalangan keluarga terdekat biasa menyebutnya Aca. Ibunya saudara dengan Dr, Muhammad Nawawi, kami menyebutnya Ummi Aca).
Ibunya Muhammad Riyadh saudara dengan Dr. Muhammad Nawawi, Umminya Riyadh.
Sejak kecil di kampung dari keluarga sering saya mendengar bagaimana kecerdasan seorang Muhammad Riyadh yang lolos masuk Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Kuliahnya sangat lancar karena kecerdasannya. Begitu selesai S1 nya. ia bermaksud melanjutkan ke program S2 mengikuti jejak pamannya Dr. Muhammad Nawawi.
Pada waktu liburan di Mesir, M. Riyadh tidak kembali ke Indonesia, tetapi ia pergi berlibur ke Riyadh ibukota Saudi Arabia.
Takdir berkata lain, di Riyadh ibukota Saudi ia mengelami kecelakaan lalu lintas, dan tidak tertolong akhirnya ia meninggal dunia di sana. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.
Tahun 1999, saya ditugaskan mengabdi STAIN/IAIN Pontianak, saya bertemu dan banyak belajar sekaligus menjadi orang tua saya bernama KH. Yahya Nasir, Lc. Beliau menceritakan ada temannya orang Mandar kuliah di Mesir. Namanya Muhammad Riyadh. Bahkan diperlihatkan fotonya kepada saya.
Betapa tersentak hati ini bisa melihat fotonya yang selama ini sering dengar cerita tentang M. Riyadh.
KH. Yahya Nasir juga memuji kecerdasan yang dimiliki Muhammad Riyadh, hanya saja umurnya tidak panjang dan tidak kembali ke Indonesia, karena wafat di Riyadh Saudi Arabia.
Kemenakan kedua, bernama ustadz H. Abd Razak Puang Limboro.
Sekitar tahun 1999-2000-an kami sering sama-sama Beliau pada acara keluarga di Pondok Bambu Jakarta di rumah. Alm. Prof. Dr. H. Baharuddin Lopa.
Dalam banyak pembicaraan, setelah tahu bahwa saya alumni IAIN dan banyak belajar dan diajar oleh Angregurutta KH. Muhammad Sanusi Baco di Makassar. Beliau banyak cerita, rupanya Ustadz. H. Abd Razak Puang Limboro sama-sama kuliah dengan angregurutta KH. Sanusi Baco di Kairo Mesir tahun 1960-an. Bahkan Beliau menyebut sangat akrab seperti saudara, karena tidur satu kamar dengan AGH. KH. M. Sanusi Baco. di Kairo semasa mahasiswa.
Hanya keduanya beda nasab sekaligus beda nasib.
Ust. H. Abd Razak Puang Limboro, ketika kuliah di Kairo Mesir, kecantol dan jatuh hati pada seorang gadis kembang Sunda puteri sang Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir.
Pada Akhirnya, Beliau nikah dengan puteri Duta Besar RI di Kairo.
Sampai saat ini, ada rumah “batu” besar di Manjopai Karama samping rumah panggung bertiang kayu yang lama. Menurut cerita dari keluarga, rumah itu dibangun hanya khusus untuk menyambut kedatangannya istrinya ust. H. Abd Razak sang puteri Duta Besar RI di Kairo.
Oh ya … Kembali cerita tentang persahabatan antara Ust. H. Abd Razak Puang Limboro dengan AGH. KH. Muhammad Sanusi Baco.
Suatu saat, saya sempat pulang ke Makassar, saya usahakan ketemu dengan AGH. KH. M. Sanusi Baco. Ketika ketemu, saya perkenalkan diri ke Beliau, saya ini alumni Tafsir Hadis IAIN Makassar dan alumni Pendidikan Kader Ulama MUI Sulawesi Selatan di Masjid Raya Makassar yang pernah dididik langsung pak Kiyai, setelah itu saya sampaikan titipan salam dari Ust H. Abd Razak dari Mandar, katanya sama-sama belajar kuliah di Kairo.
Mendengar informasi ini, Beliau sangat senang dan gembira mendengar kabar dari kawan lamanya di Kairo. Beliau namya balik bagaimana kabar Ustadz H. Abd Razak.
AGH. KH. M. Sanusi Baco, cerita, betul sama-sama seperjuangan hidup dengan kawan dari Mandar.
Bahkan Beliau cerita, katanya, saya banyak belajar Bahasa Mandar bukan di Indonesia, bukan di Sulawesi, tapi belajar bahasa Mandar di Kairo melalui beliau pamanmu itu, Ust. H. Abd Razak.
Sesekali Beliau juga ingat cerita Dr. Muhammad Nawawi Yahya.
Beberapa tahun kemudian, saya balik ke Pontianak, dan menjadi Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Barat. Ketika ada Ijtima’ Komisi Fatwa MUI seluruh Indonesia di Padang Panjang Sumatera Barat, kami ketemu dengan Beliau AGH. KH. M. Sanusia Baco bersama KH. Farid Wajdi, MA. Lagi-lagi, saya perkenalkan diri, sebagai mahasiswa dan santrinya kedua Angregurutta, saya alumni Pendidikan Kader Ulama MUI di Makassar. Kedua Beliau sama-sama mengajar kami di PKU MUI di Masjid Raya Makassar. Sekaligus saya perkenalkan diri, saya cucunya DR. Muhammad Nawawi Yahya dan keponakan ust. H. Abd Razak dari Mandar.
Kedua Angregurutta ini, kenal betul dan kembali menceritakan kenangannya di Kairo dan memuji kecerdasan Dr. Muhammad Nawawi.
(Pertemuan kami di Padang Panjang Sumatera Barat ini, nanti saya akan cerita kesaksian saya tentang H. Jusuf Kalla seorang Wakil Presiden RI sangat hormat kepada KH. M. Sanusi Baco).
Di akhir cerita kemarin, saya sempat mengatakan, ya Allah semoga Panjang umur Beliau, karena saat ini sangat perlu sangat diperlukan Ulama seperti Beliau, Ulama Sejuk dan Penyejuk umat dan bangsa.
Tidak pernah terdengar kabar bahwa Beliau sakit dan dirawat di rumah sakit.
Tiba-tiba semalam, buka WA. langsung terbaca bertaburan ucapan duka bela sungkawa atas wafatnya AGH. KH. Muhammad Sanusi Baco. Beliau wafat, Sabtu, 15 Mei 2021 dalam usia 84 tahun, lahir 4 April 1937.
Langsung terdiam, serasa mulut terkunci, terus netes air mata kesedihan.
Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. Ulama Teduh, Tenang, dan Penyejuk Hati bagi Umat dan Bangsa ini dirindukan banyak bahkan semua kalanga.
Baru saja semalam, saya cerita tentang Beliau dan kedekatannya dengan ulama Mandar dari keluarga kami di Manjopahit.
Semenjak kami mahasiswa di IAIN Alauddin Makassar (1991-1995), setiap jumat apalagi bulan Ramadhan, kami mencari koran daftar nama khatib shalat jumat dan daftar penceramah Tarwih dan Subuh di masjid-masjid Makassar.
Nama yang paling dicari nomor satu adalah nama KH. M. Sanusia Baco. Ceramah dan nasehatnya luar biasa terasa daya sentuhnya. Bahasanya sangat santun, tersusun rapi apik, gampang dicerna dan mudah dipahami oleh semua kalangan. Humor dan Lucu tapi berkualitas dan bernas tinggi.
Apalagi setelah kami dikader melalui organisasi mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Setelah itu, mejadi panitia, dan pengurus PMII di Rayon Fakultas dan Komisariat IAIN Alauddin Makassar. Boleh dikata, tidak ada agenda kegiatan Pengkaderan di PMII kecuali pasti ada narasumber AGH. KH. M. Sanusia Baco. Beberapa kali, kami jemput dalam kegiatan, walaupun Beliau pakai kursi roda, karena kondisi, tapi semangat dan penghargaannya terhadap mahasiswa sangat luar biasa.
Hubungan kami sebagai murid dan guru semakin berlanjut, ke Lembaga Pendidikan Kader Ulama yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Selatan.
Semua kegiatan PKU-MUI dipusatkan di komp. Masjid Raya Makassar. Selain, Beliau Ketua Umum MUI, juga pengajar dan Pembina mata kuliah Ushul Fiqh selama kuliah di PKU-MUI ini.
Betapa senang dan bahagianya dulu ketika dinyatakan lulus masuk PKU-MUI setelah melalui tes Bahasa Arab dan membaca kitab oleh alm. Prof. Mustafa Nuri, Lc. LLM., (Gurunya para dosen ahli Bahasa Arab di IAIN-UIN Makassar).
AGH. KH. M. Sanusia Baco, memang selalu memukau, baik di atas panggung ketika ceramah maupun ketika menjelaskan dalam ruangan kelas. Uraian dan penjelasannya sangat jelas dan sangat rinci lengkap dengan contohnya. Ada kemiripan, ketika diajar Prof. M. Quraish Shihab.
Beliau menjelaskan penerapan kaedah Ushul Fiqh, dengan mengambil contoh riil di masyarakat, lalu dikutipkan dari ayat-ayat al-Qur’an.
Di antara tafsir yang sering dikutip adalah karya Mutawally asy-Sya’rawi dari Mesir.
Pengaruh dan Nilainya sangat terasa, walau tidak tuntas belajarnya di PKU-MUI Makasar, karena mendapat takdir lain, yakni lulus tes seleksi Pendidikan Kader Ulama (PKU)-MUI tingkat Nasional di Jakarta mewakili MUI Sulawesi Selatan. Di sinilah kami ketemu dan belajar langsung kepada Prof. KH. Ali Yafi’i, Prof. Ibrahim Hosen, Prof. M. Quraish Shihab, dan ulama lainnya.
Selamat jalan Guru, Kyai, Angregurutta, Puang Pangrita, Orang Tua yang nasehatnya sangat dan selalu dirindukan oleh semua kalangan. Ilmu dan Amal jaryahmu yang telah diwariskan kepada kami akan menjadi penerang dan cahaya hidup masa depan kami, sekaligus menjadi penerang istana di alam kubur sana menuju Surga yang Allah sudah siapkan.
اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ واجعل قبره روضة من رياض الجنة وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ مع الأبرار
الفاتحة – قل هو الله احد – قل أعوذ برب الفلق – قل أعوذ برب الناس.
Pontianak, Ahad, 16 Mei 2021 M/4 Syawal 1442 H.
2
Posted in: Uncategorized

Leave a Comment