BENGANA’ TODI’ DI PERA-PERAU’U (YA ALLAH KEPADAMULAH AKU BERMOHON)

BENGANA’ TODI’ DI PERA-PERAU’U

TENNA’ TODI NAPATEMMO

PUANG ALLAH TAALA

BENGANA’ TODI’

DI PERA-PERAU’U

Andaikan demikianlah

Kehendak Allah

O berikanlah

Apa yang aku mohon

PURA’ MERAU DI PUANG

SALLANG PAPPASALAMA’

PASITA LE’BA’

TOPURA UPOMONGE’

Sudah kumohonkan kepada Yang Kuasa

Doa selamat

Semoga aku dipertemukan

Orang pernah aku cinta padanya

Bait Kalinda’da’ ini mempersembahkan rintihan doa dengan harapan hajat sepenuhnya hanya kepada Allah.

Sekaligus hal ini menunjukkan bahwa leluhur masyarakat Mandar sangat percaya dan yakin akan kebenaran doa kepada Allah.

Masyarakat sangat hormat dan patuh kepada para Annangguru sebab mereka meyakini, bahwa para Annanngguru lebih ‘alim, lebih ‘arif, lebih bersih hatinya, lebih dekat kepada Allah, sehingga doanya lebih cepat terkabul.

Dahulu setiap hari jumat masyarakat datang ke rumah para Annangguru atau para Kyai hanya dengan harapan ingin didoakan selamat (Doa Salama’) atau doa pattola bala’ (menolak musibah).

Termasuk ketika hendak melaksanakan hajat besar, seperti pernikahan, hendak melaut, hendak berangkat ke tempat jauh, hendak pergi sekolah jauh-jauh, selalu datang ke rumah Annangguru hanya untuk mohon didoakan Salama’.

Masyarakat sangat dekat dan kental dengan keyakinan doa kepada Allah, sebagai bagian dari ciri religiusitas, ciri keagamaan dan kearifan Mandar.

Semakin banyak berdoa kepada Allah, semakin Allah suka dan senang. Sebaliknya, Allah benci kepada orang yang tidak mau berdoa, seolah-olah ia tidak membutuhkan kehadiran Allah.

Allah SWT. berfirman.

اُدْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ

Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku mengabulkan doamu.” (QS. al-Mukmin/40: 60).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW. bersabda:

اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa itu adalah ibadah.” (HR. Abu Daud dari Nu’man bin Basyir).

Ayat dan hadis tersebut, menunjukkan bahwa doa mempunyai eksistensi dan kedudukan yang sangat urgen dan penting dalam Islam, sebab dengan berdoa kepada Allah, berarti memproklamasikan wujud penghambaan diri, kepatuhan dan ketundukkan serta kebutuhan kita kepada-Nya.

Berdoa kepada Allah berarti memohon kepada-Nya sesuatu yang kita butuhkan dan kita yakini bahwa hanya Allah saja yang dapat mengabulkannya.

Memohon keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kebahagiaan, diyakini hanya Allah sebagai sumbernya yang bisa memenuhinya.

Termasuk yang dapat menggerakkan hati seseorang agar tumbuh rasa cinta dan kasih sayang sehingga bisa dipertemukan harapan cinta dari sang kekasih, hanya Allah ash-Shamad, sebagai satu-satunya harapan dan tujuan yang dapat memenuhinya.

Berdoa, bukan hanya sekedar untuk meminta apa yang kita butuhkan. Akan tetapi, berdoa itu, hakekatnya adalah memperlihatkan penghambaan diri kepada Allah, sehingga dengan demikian diharapkan tumbuh kesadaran akan ketergantungan dan kebutuhan kita kepada Allah dan menyadari akan segala keterbatasan dan kelemahan kita sendiri serta menumbuhkan keyakinan sepenuhnya bahwa Allah itu maha kuasa terhadap segala sesuatu, Allah menjadi tumpuan, harapan dan tujuan kita.

Oleh karena doa adalah ibadah, maka dalam berdoa tidak hanya mengandalkan bacaan lisan dan lantunan suara merdu, akan tetapi harus dengan sepenuh hati yang konsentrasi dan khusyu. Kemudian, ditindaklanjuti dengan ikhtiar dan usaha yang maksimal.

Memperlihatkan penghambaan diri, menampakkan dan menyadari kelemahan serta kerendahdirian kepada Allah dalam berdoa itulah yang dimaksud sebagai ibadah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis di atas.

Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW. bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Berdoalah kepada Allah disertai keyakinan penuh bahwa Allah akan mengabulkannya. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Tanah Abang, Jakarta, 6 Maret 2021

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment