BISMILLAH URUNNA LOWA  (Allah Sebagai Titik Tolak)

BISMILLAH URUNNA LOWA

URUNNA PAU-PAU

MAMBOLONG BAPPA

DI ATE MALLINYNYOMMU

Bismillah pembuka kata

Asal mula tutur

Semoga meresap

Ke hatimu nan bening

SU’MILLAH SANGAU TODI’

MATING DI PA’MAI’MU

DURU’I TODI’

TIMANG PEKURRU’-KURRU’

Bismillah, menuju

Merasuki semangatmu

Pungutlah

Belai dan menghiburnya

Ungkapan bait Kalainda’da’ ini mengandung suatu ajaran atau tuntunan bahwa dalam memulai suatu ucapan atau urusan lainnya hendaknya dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Bacaan Basmalah ini tidak hanya sekedar retorika, akan tepi idealnya mampu meresap ke dalam hati sanubari dan jiwa yang terdalam sehingga melahirkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nama Allah yang kita baca pada saat memulai sesuatu.

Makna Kalinda’da’ ini sesuai dengan ajaran Islam. Sudah sangat populer bahwa Islam telah mengajarkan agar setiap memulai sesuatu hendaknya diawali dengan membaca Basmalah, yaitu “بسْــمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ” (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ باَلٍ لاَ يُبْـدَأُ فِيْهِ بِبِسْـمِ اللهِ فَهُوَ أبْتَرُ (أخرجه أبو داود والنسائي وابن ماجة وابن حبان في صحيحه)

Semua urusan yang tidak diawali dengan “Bismillahirrahmanirrahim”, akan terputus (berkahnya).” (HR. Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dalam Kitab Sahih-nya bersumber dari Abu Hurairah).

Hal ini juga bisa dipahami dari firman Allah SWT. dalam al-Qur’an pada ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (QS. Al-`Ala’/96: 1).

Dengan membaca Bismillâhirrahmânirrahîm pada setiap memulai suatu urusan, itu berarti bahwa urusan itu kita kerjakan atas nama Allah, karena Allah telah mengizinkan kita untuk melakukannya, dan demi karena Allah bukan atas kemauan kita sendiri dan bukan untuk kepentingan kita sendiri.

Dengan kata lain, bahwa kita dapat mengerjakan suatu urusan , karena diberi kekuatan dan kemampuan oleh Allah, kalau tidak, manusia tidak akan mampu, karena pada hakekatnya manusia tidak mempunyai daya dan kekuatan apa-apa. Untuk itulah, maka manusia bermohon pertolongan kepada Allah agar pekerjaan yang kita awali dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim akan berhasil dan diridhai Allah.

Dalam kajian Tafsir al-Qur’an, huruf بِ (BI) yang ada pada kata بسم  (BISMI) mengandung beberapa makna, di antaranya ISTI’ANAH, yaitu permohonan bantuan hanya kepada Allah. Maksudnya, ketika memulai suatu urusan dengan membaca Basmalah, hakekatnya dalam hati dicamkan bahwa, ya Allah urusan ini tidak dapat saya laksanakan, tidak dapat berjalan mudah dan sukses kecuali atas bantuan-Mu, maka Bantulah ya Allah.

Selain itu, huruf بِ (BI) yang ada pada kata بسم  (BISMI) juga mengandung makna HAL atau MA’IYAH, artinya kebersamaan. Maksudnya ketika memulai urusan atau keluar dari rumah dengan membaca BASMALAH, maknanya kita sedang bersama Allah. Itulah sebabnya tidak boleh membaca BASMALAH ketika melakukan kejahatan, misalnya berzina, berjudi, makai atau transaksi narkoba, minum minuman keras, tidak boleh membaca BASMALAH, karena pada saat melakukan kejahatan itu, Allah menjauh dari kita.

Prof. Dr. Abdul Halim Mahmud mantan Rektor Universitas Al-Azhar Kairo Mesir mengatakan bahwa perintah membaca dalam ayat di atas mengandung arti yang luas. Tidak hanya sekedar dalam arti membaca seperti yang dipahami selama ini saja. Membaca adalah simbol atau lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia baik yang bersifat aktif maupun pasif.

Perintah membaca dengan nama Allah ini mengandung arti; bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah dengan nama Tuhanmu. Kalau Anda berhenti bergerak, berhenti bekerja, atau berhenti melakukan suatu aktivitas, maka hendaklah hal tersebut juga didasarkan dengan membaca nama Tuhanmu sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti: “Jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, demi karena Allah.”

Bacaan teks keagamaan tidak hanya sekedar retorika, akan tetapi idealnya mampu menembus ke jantung dan meresap ke dalam hati sanubari hingga menjadi penghayatan secara mendalam yang pada gilirannya akan mampu terwujud dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu A’lam

Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, 3 Maret 2021

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment