PAPPASANG DAN KALINDA’DA’ (Titik Temu Agama dan Budaya Mandar)

Tulisan ini selesai dibuat 14 Oktober 2005 M/11 Ramdhan 1426 H, 16 tahun lalu ketika masih berstatus mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sudah cukup lama belum pernah dipublikasikan. Melalui media ini, saya share, semoga bermanfaat dan mendapat kritikan, saran dan masukan. Terima kasih.

PAPPASANG adalah pesan, wasiat atau petuah dari pada leluhur atau orang-orang bijak terdahulu di Mandar.

KALINDA’DA’ salah satu karya seni tradisional dalam sastra lisan  masyarakat Mandar, yang penuturannya seperti puisi atau pantun. Isinya berupa pesan-pesan atau petuah juga yang biasa bernilai keagamaan, moral, pendidikan, dan sosial budaya masyarakat.

Pappasang dan Kalinda’da’ sebagai warisan budaya masa lampau cerminan cita rasa dan pandangan hidup serta cara berpikir masyarakat to Malabbi’na Mandar pada zamannya.

PAPPASANG:

IA DISANGA TAU TONGATTONGANG, IA BASSA ITA’ DI’E, BINRU’ LAHERANNA, IA MAAPPUNNAI AKKALANG ANNA PIKKIRANG, NAISSENG INNA DISANGA MAPIA, INNA KADAE’ DISESENA ASALLANGANG, DISESENA ODIADA’ DIBEASA, MAAPPUNNAI SIRI’ NISITINAYA DIPOSIRI’, MAPPUNNAI KEDO IA SITINAYA NAPOKEDO, MAPPASUNG PAU IA SITINAYA NAPOLOA.

Manusia yang sesungguhnya, seperti wujud kita ini pada lahiriahnya, yang mempunyai akal dan pikiran, tahu mana yang baik dan mana yang buruk menurut Islam, dan sesuai pula adat dan tradisi, mempunyai harga diri dan rasa malu menurut yang sewajarnya, bertingkah laku yang menurut sopan santun, mempunyai budi bahasa dan tutur kata yang cermat dan hormat.

Kalinda’da’ adalah sebuah seni pantun Mandar.

KALINDA’DA’’:

Pa’indangngi lao siri’

to andiang siri’na

Masiri’ ai

anna mambowe’ lino

Pinjamkan harga diri kepadanya

Bagi mereka yang tak punya

Semoga ada harga diri

Sebelum meninggal

SIRI’ ANNA DI PURRUSMU

PA’DOKKO’ DI SOKKO’MU

ANNA SAROMBONG ILALANG LINO

LAMBI’ LAU AHERA’

APA’ SIRI’ PAANNANAI PUANG

Patrikan SIRI’ di dalam diri

Satu padukan dengan jiwa

Semoga semerbak di dalam dunia

Begitu juga di akhirat

Sebab SIRI’ adalah karunia Tuhan

Pappasang dan Kalinda’da’ yang dikutip dari Lontar Mandar di atas merupakan cerminan budaya lokal Mandar yang kental dengan nuansa dan semangat agama (religiusitas) dan mengedepankan siri’ (harga diri) dan etika sopan santun. Orang Mandar adalah to diang siri’na (orang yang mempunyai rasa malu dan harga diri), sipakalabbi (orang yang saling menghargai), siasayangngi (orang yang saling menyayangi), dan siamasei (orang yang saling mengasihi). Hal ini sangat relevan dengan ajaran agama, sebagaimana dalam hadis Rasulullah SAW. beliau bersabda:

الْحَيَاءُ مِنْ الْإِيمَانِ

“Malu (Harga diri) merupakan bagian dari iman”. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai dari Abdullah ibn Umar).

Dalam hadis lain, Nabi Saw. bersabda:

ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Saling menyayangilah dengan siapa saja yang ada di muka bumi ini, Allah pasti menyayangi kamu. (HR. Tirmidzi dari Abdullah ibn Amr).

Masihkah budaya Mandar yang kental dengan nuansa agama dan mengedepankan siri’, sipakalabbi, siasayangngi, dan siamasei?

Pertanyaan ini diajukan mengingat konteks sekarang di mana gempuran arus modern dan pengaruh globalisasi yang melahirkan manusia-manusia sekuler, materialis, dan individualis, manusia yang melakukan segala aktivitasnya dengan melepaskan diri dari doktrin agama, menjadikan materi sebagai tujuan, dan hanya mementingkan diri sendiri. Realitas seperti ini sangat berpengaruh sehingga mulai terasa kecenderungan memudarnya nilai-nilai budaya Mandar tersebut.

Di antara seni budaya Mandar yang jarang dan hampir tidak kedengaran lagi dan cenderung terlupakan khususnya bagi kalangan generasi muda Mandar adalah Kalinda’da’. Padahal isi muatan  Kalinda’da’ ini banyak memuat nasehat yang sarat dengan nilai-nilai agama dan semangat serta rasa solidaritas sosial kemanusiaan yang tinggi. Kenyataan seperti inilah yang mendorong kami dan merasa peduli dan terpanggil untuk menulis Kalinda’da’ ini dalam relevansinya dengan nilai ajaran Islam.

Tulisan ini dibuat dengan harapan ingin menyampaikan pesan-pesan agama dan moral melalui Kalinda’da’ dan ikut mensosialisaikan dan menumbuhkan semangat untuk melestarikan Kalinda’da’ sebagai bagian dari seni budaya Mandar. Demikian juga ingin menyampaikan dan menyatakan bahwa seni budaya Mandar itu kental dengan nuansa dan spirit agama Islam.

Kalinda’da’ beserta terjemahannya dalam tulisan ini dikutip dari buku Transliterasi dan Terjemahan Pappasang dan Kalinda’da’ (Naskah Lontar Mandar) yang diterbitkan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan Lagaligo Tahun 1985/1986. Buku ini disusun oleh tim terdiri dari Drs. Abd Muthalib, Husni Jamaluddin, A. Syaiful Sinrang, dan Drs. Suradi Yasil.

Cengkareng Soekarno-Hatta, 2 Maret 2021

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment