JADILAH BERPRESTASI ATAU MENGHARGAI YANG BERPRESTASI

Salah satu akhlak terpuji dalam Islam adalah menghargai mereka yang berprestasi.
Mengabaikan prestasi apalagi mengecewakan adalah sikap yang tidak baik. Banyak orang gagal dalam kepemimpinan, salah satu faktornya, karena mengecewakan dan menyakiti orang-orang yang pernah mengukir prestasi.
Maka jadilah orang yang produktif dan mengukir prsetasi yang membanggakan sehingga menjadi orang mulia dan dihargai serta dihormati, tapi jangan minta dihormati, jangan minta dimuliakan, dan jangan minta dihargai.

Di antara hadis Nabi SAW. yang memberi motivasi dan inspirasi agar menjadi produktif dan mengukir prestasi, sekaligus belajar untuk menghargai prestasi orang lain, ialah:
Rasulullah SAW. bersabda:
الْأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشٍ
Pemimpin itu dari Quraisy.” (HR. Ahmad dari Ibn Barzah).

Selintas melihat hadis ini secara tekstual sangat kental mengesankan adanya primordialisme dan nepotisme, dimana hak kepemimpinan ditentukan oleh standar etnisitas dan keturunan, dan bukan pada kualitas dan kemampuan serta prestasi kerja.
Bahkan ada kalangan menilai bahwa Nabi Muhammad SAW. menyatakan pemimpin harus dari suku Quraisy, karena Beliau berasal dari suku Quraisy. Tentu saja, pemahaman seperti ini sangat keliru.

Hadis ini berbicara masalah kepemimpinan politik. Persoalan kepemimpinan adalah sangat terkait kualitas dan kemampuan, bukan sekedar suku dan keturunan.

Dilihat dari aspek historis sosial politik yang melatari munculnya hadis ini, maka pesan utamanya adalah perintah agar menjadi orang produktif dan berprestasi sukses sebagaimana prestasi dan suksesnya orang-orang Quraisy dalam memimpin Jazirah Arab. Demikian juga, sebuah isyarat agar membiasakan menghargai orang-orang punya rekor prestasi yang membanggakan sebagai prestasi orang-orang Quraisy.

Dalam kehidupan sosial politik, dan budaya bangsa Arab baik masa sebelum Islam maupun sesudah Islam, etnis Quraisy menempati posisi dan strata yang terhormat, dari aspek eksistensi keagamaan yang berkaitan dengan Hanafiyyah, agama Nabi Ibrahim as.
Suku Quraisylah yang melaksanakan pengabdian atau pelayanan pemeliharaan terhadap Ka’bah sebagai bangunan suci. Demikian juga aset dan posisi ekonomi perdagangan dipegang dan dimainkan oleh orang-orang Quraisy. Demikian juga merekalah yang pertama kali menyambut dan masuk Islam serta menjadi pahlawan-pahlawan.

Dengan demikian, orang-orang yang berasal dari Quraisy diangkat menjadi pemimpin sebagaimana dalam hadis di atas, adalah sangat beralasan, karena prestasi mereka yang didukung oleh adanya kewibawaan, kemampuan, dan pengalaman serta hasil prestasi kerja yang sukses. Artinya, Orang-orang Quraisylah saat itu yang merupakan etnis Arab yang paling kuat, tangguh dan terkemuka yang mempunyai solidaritas kelompok yang kokoh dan membuatnya paling berwibawa untuk memelihara keutuhan dan persatuan umat Islam.

Jadi, persoalannya bukan sekedar pada etnis Quraisynya, akan tetapi, lebih pada persoalan kualitas kemampuannya. Oleh karena itu, pesan utama yang dapat dipahamai dan diambil adalah Nabi SAW. menyebut bahwa pemimpin itu dari Quraisy sebagai suatu penghargaan atas kemampuan dan prestasi mereka dalam membangun dan mempertahankan kota Mekah dan Madinah dari berbagai ronrongan dan serangan musuh, sekaligus menjadi perintah agar menjadi orang produktif dan berprestasi sukses sebagaimana prestasi suksesnya orang-orang Quraisy.

Semoga Bermanfaat

Pontianak, 16 Februari 2021

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment