SELALU OPTIMIS DAN BERPIKIRAN POSITIF

Materi ini adalah isi khutbah jumat yang disampaikan di Masjid Sirajuddin Pontianak, Jumat, 12 Februari 2021 M/30 Jumadil Akhir 1442 H.

Hidup ini adalah proses menuju yang lebih baik. Dalam proses kehidupan inilah banyak hal yang dihadapi dan dirasakan, adakalanya baik dan pasti kita senang dan gembira.
Adakalanya juga yang terjadi sesuatu yang tidak disenangi, sehingga kita sedih dan susah.

Inilah hakekat kehidupan, kita berada di antara dua keadaan ini, terkadang senang dan terkadang susah. Memerlukan sikap dan jiwa besar dan lapang menghadapinya.

Di balik kesenangan itu terkadang terdapat keburukan untuk kita. Sebaliknya di balik kesusahan itu justru bisa saja terdapat kebaikan untuk kita. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu mencintai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216).

Sebaiknya selalu optimis dan berpikiran positif, serta tidak berlebih-lebihan.
Ketika ada sesuatu yang dibenci tidak berlebih-lebihan.
Ketika ada sesuatu yang dicintai, tidak berlebih-lebihan.
Biasa-biasa saja. Hidup ini berproses dan terus berubah.
Tidak boleh kehilangan optimisme ketika ditimpa masalah kesusahan.
Tidak juga bergembira berlebihan ketika mendapatkan kesenangan.

Menyikapi proses kehidupan seperti ini sebaiknya menggunakan kacamata agama dengan mengedepankan hati dan akal, bukan dengan hawa nafsu, sehingga tidak berlebih-lebihan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW. berpesan:
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Hendaklah Anda merasa rela menerima apa yang Allah tentukan untuk kamu, niscaya Anda akan menjadi manusia yang paling kaya. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Kepuasan hati menerima segala ketentuan Allah dengan merasa cukup dan rela, itulah kekayaan yang sesungguhnya.

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An-Nisa’, 4: 79).

Ayat ini mengajarkan agar selalu berpikiran positif dan berprasangka baik kepada Allah.
Berpikiran positif terhadap diri kita sendiri.
Ketika ada masalah kesulitan yang kita hadapi harus selalu optimis bahwa pasti ada jalan keluarnya dengan mengharap bimbingan dari Allah SWT. diiringi dengan ikhtiar dan usaha yang lebih maksimal.

Tidak ada sesuatu yang terjadi pada diri kita yang sia-sia, pasti ada hikmah dan manfaatnya. Apa yang terjadi, itulah yang terbaik menurut skenario Allah walaupun terkadang manusia tidak mengerti. Allah SWT. menegaskan,
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (QS. As-Sajdah, 32: 6).

Setiap saat kita berdoa kepada Allah, memohon sesuatu hajat. Apakah semua doa permohonan diterima?
Kita harus yakin sepenuhnya bahwa Allah menerima doa sekaligus ibadah kita. Hanya saja, caranya Allah menerima berbeda-beda, karena kondisi dan kemampuan setiap orang berbeda-beda.

Allah akan menjawab doa-doa kita dengan beberapa cara, antara lain:

  1. Doa diterima sebagaimana yang diminta dalam waktu dekat.
  2. Doa diterima, tapi dalam waktu lama.
  3. Doa diterima, tapi diganti dalam bentuk lain yang lebih cocok bagi keperluan hamba-nya. Misalnya diganti dengan dihindarkan dari musibah atau bencana.
  4. Doa diterima dengan berlipat ganda, namun ditangguhkan, diberikan di akhirat kelak.

Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk putus asa dalam kehidupan ini. Semua gerak langkah kita adalah bernilai baik dan ibadah, termasuk berpikir dan bekerja adalah ibadah selama kita selalu ikhlas dan sesuai dengan aturan syariat.

Apabila dalam kehidupan ada sesuatu kesulitan yang menimpa, dipastikan Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bahkan Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa dan kesalahan kita. Rasulullah SAW. bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Seorang muslim, tidak ditimpa rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan atau pun kegundahan hingga duri yang tertancap padanya, kecuali Allah akan menebus kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).

Semoga bermanfaat.

Pontianak, 12 Februari 2021

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment