Dibaca 372
Seseorang yang tidak tahu berenang sama sekali, lalu berdoa minta selamat dan pasrah sepenuhnya bahwa hidup dan mati adalah takdir di tangan Allah.
Setelah itu, ia loncat ke dalam sungai yang airnya dalam dan deras.
Apa yang terjadi?
yang bersangkutan mati tenggelam dan hanyut.
Ini contoh tawakkal berlebih-lebihan, keliru memahami takdir.
Semangat beragamanya tinggi, tapi pengetahuan agamanya rendah.
Lalu ia katakan, ini sudah takdir Allah. Padahal, Allah mengingatkan dalam al-Qur’an:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ
Kebaikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. an-Nisa’, 4: 79).
Seorang yang tidak tahu berenang, loncat ke dalam sungai hanya bermodalkan tawakkal dan takdir. Ini suatu kekeliruan memahami takdir dan tawakkal.
Bahkan bisa termasuk dalam kategori mencelakakan diri. Padahal Allah melarang perbuatan seperti itu.
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri. (QS. al-Baqarah: 195).
Seharusnya, dia berusaha belajar dulu cara berenang, kalau sudah pintar, baru masuk ke dalam sungai atau kolam yang dalam.
Nabi SAW. pernah menegur seorang pemilik unta, Beliau bersabda:
اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
Ikat dulu untanya, dan kemudian bertawakkal, pasrah kepada Allah. (HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik).
Semoga Bermanfaat.
Pontianak, 19 Maret 2020