Mengenang Masa Baris Berbaris dan Pengalaman Berorganisasi (Bagian 1)

Di tengah-tengah sedang asyik dan khusyu’ mengikuti upacara bendera Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke 74 Republik Indonesia yang ditandai dengan berbaris pasukan pengibar bendera Sang Saka Merah Putih, saya teringat masa lalu ketika sekolah yang suka dan rajin baris berbaris terutama dalam kegiatan pramuka. Pikiran menerawang jauh ke masa 30 atau 40 tahun lampau.

Masa Ibtidaiyah
Sekolah saya bernama Madarasah Ibtidaiyah Bonde dibawah naungan Yayasan Perguruan Islam Campalagian dari tahun 1976-1982. Semasa sekolah ini sejak kelas satu sampai kelas enam selalu menjadi ketua kelas. Setiap hari menjadi komandan memimpin barisan di depan pintu kelas sebelum masuk kelas untuk belajar. Setelah semuanya masuk dengan teratur dan rapi barulah komandan ikut masuk dan menempati bangkunya masing-masing. Bakat dan minat baris berbaris setiap tahun tanggal 17 Agustus diasah melalui lomba gerak jalan antar sekolah dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI. Tradisi ini masih berlangsung hingga saat ini. Hobbi ini semakin jadi dan menguat ketika ada kegiatan pramuka, baik pramuka lokal di komplek Madrasah, yakni Persami perkemahan Sabtu Minggu maupun perkemahan tingkat kecamatan dan kabupaten. Setiap kegiatan pramuka ini, selalu menjadi Komandan Regu (Danru) Pramuka. Bakat dan minat berorganisasi sudah terasah sejak menjadi Ketua Kelas I sampai pada tingkat kelas VI hingga tamat tidak pernah tergantikan menjadi ketua Kelas. Demikian juga Komandan Regu Pramuka.

Masa Tsanawiyah
Selanjutnya, pada jenjang tingkat menengah masuk Madrasah Tsanawiyah Yayasan Perguruan Islam Campalagian, siswanya mulai berbaur dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Campalagian, dari Sumarrang, Katumbangan, Lampoko, Parappe, Panyampa , dan lainnya.
Semasa sekaloh di sini pun lagi-lagi diberi amanah oleh teman-teman dan guru dan Wali kelas ditunjuk sebagai Ketua Kelas. Jabatan ketua kelas ini juga tidak tergantikan hingga kelas III dan selesai tetap menjadi Ketua Kelas. Bahkan ketika mulai diperkenalkan organisasi sekolah namanya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) MTs Campalagian diberi lagi amanah sebagai Ketua OSIS. Pada setiap hari Senin Upacara Bendera yang dihadiri oleh semua siswa dan dewan guru dipimpin inspektur Upacara oleh Kepala Madrasah, sebagai ketua Kelas dan Ketua OSIS sering ditunjuk menjadi Komandan Upacara Bendera setiap hari Senin.
Kegiatan siswa intra di Sekolah banyak tanggung jawab oleh pengurus OSIS dan sebagai Ketua OSIS dipastikan tidak pernah ketinggalan. Demikian juga kegiatan Pramuka baik di tingkat lokal Persami, perkemahan Sabtu Minggu maupun perkemahan tingkat Kecamatan dan Kabupaten selalu ditunjuk sebagai Komandan Regu Pramuka. Nama Gudep nya sudah lupa. Amanah sebagai Ketua Kelas, Ketua OSIS, dan Komandan Regu diemban sampai selesai tahun 1985.

Masa Aliyah
Pada tahun 1985-1988 tercatat sebagai siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Polmas di Lampa Kecamatan Wonomulyo. Pada jenjang pendidikan ini tingkat pergaulan lebih banyak karena siswa sekolah ini berasal dari berbagai Kecamatan yang ada di Kabupaten Polmas, dari Polewali, Wonomulyo, Tinambung, dan dari daerah lainnya, saya sendiri dari Campalagian. Sebagaimana pengalaman sebelumnya, pada jenjang di MAN Polmas ini lagi-lagi diberi amanah menjadi Ketua Kelas sejak Kelas I sampai kelas III dan selesai tetap sebagai ketua kelas. Pada saat pemilihan ketua OSIS MAN, terpilih lagi sebagai Ketua OSIS MAN Polmas tahun 1983/1984. Pada saat menjadi siswa MAN Polmas inilah menjadi pengalaman sebagai anggota PASKIBRAKA, Pasukan Pengibar Sang Saka Merah Putih pada Upacara Bendera HUT Kemerdekaan RI yang berlokasi di Lapangan Sepakbola Lampa.

Selain aktif di sekolah formal di Madrasah ini juga tetap menjadi santri di Madrasah al-Arabiyah al-Islamiyah Populer dengan nama Sekolah Arab, dan juga santri Pondok Pesantren Syekh Hasan al-Yamani. Di tengah-tengah masyarakat, khususnya di masjid aktif sebagai Ketua Remaja Masjid Raya Campalagian. Suatu pengalaman yang sangat berharga pada saat sebagai ketua Remaja Masjid, pergi berdakwah ke daerah pedalaman dan pegunungan jauh dari kota dengan membawa tim anggota remaja masjid, dakwah dari masjid ke masjid, terutama ketika bulan Ramadhan. Ada juga program khutbah jumat dari masjid ke masjid ke wilayah daerah pedesaan jauh dari pusat Kota Kecamatan, bahkan sampai ke daerah perbatasan Kabupaten di Polewali-Pinrang diutus oleh Yayasan Perguruan Islam Campalagian, Pondok Pesantren Salafiyah, dan juga diutus oleh Pondok Pesantren Syekh Hasan al-Yamani. Nungguru KH. Abdul Latif Busra dan Nungguru H. Mahyaddin Mahdy yang baru pulang dari Pondok Pesantren Modern Gontor, Kedua Nungguru ini sebagai aktor motivator. Selain dilatih pidato dan ceramah berdiri di atas kursi dan meja di Pondok Pesantren, ada Pelatih khusus motivator sekaligus sebagai orator adalah alm. Nungguru Sayyid Ja’far Thaha al-Mahdaly. Beliau adalaj imam Masjid di Ujung (saya lupa namanya). Masjid ini adalah saksi sejarah pelatihan dan pengkaderan dai dan muballigh untuk ceramah sekaligus menjadi imam shalat tarawih setiap bulan Ramadhan oleh Sayyid Ja’far Thah al-Mahdaliy. Al-Fatihah khusus untuk Beliau. Jiwa dan naluri kepemimpinan terasah oleh sentuhan keberkahan oleh para Nungguru yang Mulia.

Kesibukan dan aktivitas pada organisasi dan kegiatan siswa sejak di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah, tidak mengganggu apalagi mengahalangi proses dan pembelajaran. Bahkan justru sangat mendukung dan meningkatkan semangat belajar. Hal ini terbukti sejak pada tingkat MI, MTs, dan MA selalu tercatat sebagai siswa berprestasi ranking yang memuaskan. Inilah yang mengantarkan dan membuka pintu kemudahan pada jenjang pendidikan tinggi berikutnya hinga mendapatkan Beasiswa S1, Beasiswa S2, dan Beasiswa S3. Alhamdulilah atas izin Allah melalui aktifitas pengabdian tak mengenal lelah, doa dari ibu, ustadz, Nungguru dan keluarga.
(Bersambung ……)

Pontianak, 17 Agustus 2019.

Posted in: Uncategorized

Leave a Comment