Qona’ah : Menenangkan Hati dan Pikiran

Sebagaimana biasanya Pengajian rutin Ahad malam di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, kali ini tema pembahasan adalah Qana’ah. 
Qana’ah artinya rela menerima pemberian, yakni merasa cukup dengan yang sedikit. Qana’ah artinya merasa tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasanya ada pada diri kita. 

Sifat Qana’ah saat ini sangat penting, mengingat saat ini kita tengah hidup di dunia modern yang kebanyakan manusia dihinggapi gaya kehidupan materialisme dan hedonisme. Materialisme artinya hidup serba materi, terkadang orang lain dianggap bersaudara kalau mereka punya materi, atau yang bisa mendatangkan materi seperti jabatan, dan lain-lain. Persahabatan dan persaudaraan diukur pada materi dan jabatannya. Hedonisme artinya hidup ini harus selalu nyaman dan enak tanpa peduli halal dan haram, yang penting nyaman. 

Saat ini manusia hidup di era kompetitif, era persaingan di mana banyak manusia dikendalikan oleh keadaan, bukan manusia yang mengendalikan keadaan. Oleh karena terpengaruh oleh kehidupan materialisme dan hedonisme, maka manusia banyak tergelincir dalam penyimpangan dan penyelewengan dari kehidupan agama, maka muncullah sikap rakus alias tamak. Inilah yang memunculkan perbuatan suap menyuap dalam mendapatkan jabatan dan proyek, bahkan perbuatan haram ini dianggap biasa-biasa saja. Semuanya berakar dari tidak adanya sifat Qana’ah. Inilah yang mengundang datangnya banyak musibah, musibah dunia dan musibah agama.

Oleh karena itu, sifat Qana’ah ini sangat penting, para ulama tasawwuf dalam kitab-kitabnya materi pembahasannya selalu ada masalah Qana’ah. Sifat Qana’ah inilah yang membuat agama kita bisa terpelihara dengan baik, sekaligus kehidupan dunia dan persaudaraan menjadi terjaga baik dan berlangsung lama bahkan abadi dibawa hingga mati. Berbeda dengan persaudaraan hanya karena kepentingan sesaat. Begitu kepentingannya sudah terpenuhi, maka persaudaraan pun selesai. Semuanya karena hitungan materi. Sekali lagi, sifat Qana’ah ini menjadi sangat penting. Sifat Qana’ah ini bersumber dari hati yang bersih. Lawannya adalah rakus dan tamak bersumber dari akal dan nafsu. Makanya biasanya orang yang rakus dan tamak adalah orang-orang yang berakal, pintar mengelabui, pintar menipu. 

Dalam konteks inilah Rasulullah SAW. mengingatkan: 
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Sungguh beruntunglah orang-orang yang masuk Islam dan diberi rezeki pas-pasan, Allah menjadikannya Qana’ah (selalu merasa cukup) dengan apa yang Allah berikan kepadanya. (HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr). 

Dalam hadis lainnya, Beliau bersabda: 
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Mersa rela dan gembiralah menerima apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah). 
Hakekat Kekayaan bukan pada banyaknya harta, akan tetapi pada sikap yang bersumber dari hati yang selalu merasa cukup walau tidak banyak. Betapa banyak manusia yang jumlah harta kekayaannya sangat banyak dan melimpah, tapi hidupnya selalu pusing dan stress bahkan berakhir di penjara karena masalah suap dan korupsi, karena tidak pernah merasa cukup, dan tidak pernah merasa tenang hidupnya. Rasulullah SAW. mempertegas:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi sebenarnya kekayaan itu adalah kaya hati. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah). 

Ar-Razi dalam kitabnya Hadaiq al-Haqaiq (Taman-taman Hakekat) mengatakan: Allah akan meletakkan lima hal ke dalam lima hal: 1. Kemuliaan dalam ketaatan, 2. Kehinaan dalam kemaksiatan, 3. Kekhusyu’an dalam salam malam, 4. Kebijaksanaan dalam perut yang kosong, dan 5. Kekayaan dalam sifat Qana’ah. 

Menilai seseorang pada sikap kehati-hatiannya dalam beragama, bukan sekedar pada casing dan penampilan luarnya. Tiangnya agama adalah sikap Qana’ah, tawadhu’, dan wara’. 

Sebaliknya musibahnya agama adalah sikap rakus dan tamak. 
Semoga Allah senantiasa membuka pintu hati kita bisa bersikap Qana’ah, tawadhu’ dan wara’, serta jauh sikap rakus dan tamak.

Pontianak, 20 Januari 2019

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment