Istinjak dan Namimah

Oleh: Wajidi Sayadi

Istinjak dalam terminologi fikih ialah membersihkan diri dari kotoran setelah buang air kecil atau buang air besar. dengan menggunakan air atau batu atau benda-benda lainnya yang bisa menyerap dan membersihkan. Istinjak biasa juga disebut istithabah, yakni menjadikan sesuatu itu baik, karena dengan menghilangkan kotoran jiwa menjadi baik dan tenang.

Setelah buang air kecil atau buang air besar, lalu tidak beristinjak, maka pada hakekatnya seseorang itu berada dalam kondisi kotor, bernajis, maka ini yang kemudian menjadi penghalang antara dirinya dengan Allah Yang Maha Suci. Itulah sebabnya para ulama menjelaskan bahwa beristinjak hukumnya wajib, sebab dengan cara istinjak akan memperlancar hubungan dan komunikasi dengan Allah. Bahkan dalam perspektif fikih sebagai syarat diterimanya ibadah.

Adapun namimah adalah provokator, memprovokasi orang lain sehingga antara satu dengan lainnya satu dengan lainnya saling berprasangka buruk, saling mencurigai, saling membenci dan bermusuhan, pengadu domba dan perusak hubungan sosial kemanusiaan.

Mengabaikan istinjak berarti membiarkan diri dalam kubangan kotoran najis secara fisik. Yang akan menjadi penghalang dan perusak hubungan spiritual dengan Allah. Sedangkan Namimah adalah sifat kotoran dan penyakit hati, yang menjadi penghalang hubungan silaturrahmi kemanusiaan. Sifat namimah ini merusak hubungan persaudaraan sosial dan kemanusiaan.
Akibat buruk dari keduanya dijelaskan oleh Rasulullah SAW. sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Katanya, Nabi Muhammad SAW. melewati dua kuburan di balik tembok, lalu Beliau mendengar suara dahsyat. Beliau langsung tahu bahwa keduanya dalam kuburnya sedang disiksa. Para sahabat bertanya, apa yang menyebabkan mereka disiksa dalam kuburnya?
أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ. ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ فِى كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ صَنَعْتَ هَذَا فَقَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Seorang disiksa karena tidak mensucikan dirinya dari air kencingnya (tidak istinjak), dan yang lainnya disiksa karena mengadu domba orang lain. Kemudian nabi SAW. mengambil pelepah kurma yang masih basah, lalu dibelah dua. Kemudian beliau menanam di masing-masing kuburannya. Para sahabat bertanya, mengapa Anda melakukan hal ini? Beliau menjawab: ”Semoga dengan ini akan mengurangi siksaan dalam kuburnya selama pelepah kurma tadi belum kering. (HR. Bukhari).

Beberapa pelajaran dan hikmah yang dapat diambil dan dipahami dari hadis ini, antara lain:
1. Di antara dosa yang menyebabkan seseorang disiksa dalam kubur adalah tidak istinjak. Artinya, sangat penting memperhatikan dengan baik dan benar tentang masalah istinjak. Tidak boleh memandang remeh masalah ini. Setelah kencing atau buang air besar, semuanya harus sudah tuntas, jangan sampai masih ada tetesan air kencing yang belum selesai. Dalam hadis ini Rasulullah SAW. menegaskan akibat buruknya yaitu akan disiksa dalam kubur, ini menunjukkan bahwa Istinjak wajib dilakukan bagi seorang muslim sebagai bagian dari cara mensucikan diri dari kotoran najis.
2. Selain itu, namimah atau mengadu domba orang lain juga termasuk dosa yang menyebabkan seseorang akan disiksa dalam kubur. Artinya, Nabi SAW. melarang keras berbuat namimah, apa pun caranya, termasuk men-share gambar atau berita yang mengadu domba orang atau kelompok lain, mengadu domba terhadap sesama umat Islam sehingga mereka saling berprasangka buruk, saling mencurigai, saling membenci dan bermusuhan.
3. Pada bagian akhir hadis ini, disebutkan bahwa Nabi SAW. menancapkan pelepah kurma di atas masing-masing kuburannya. Dengan pelepah kurma yang masih basah itu bertasbih kepada Allah dan berkah dari tasbihnya itulah yang kemudian dosa mereka berdua diringankan oleh Allah. Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam Kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari ketika menjelaskan maksud hadis ini, mengatakan, bahwa kalau pelepah kurma saja bisa berpengaruh meringankan siksaan orang dalam kuburannya, maka tentu yang lebih bisa meringankan siksaan orang dalam kuburan adalah bacaan al-Qur’an, dzikir atau pun doa-doa orang yang masih hidup diniatkan untuk mereka yang sudah meninggal.

Semoga kita selalu memperhatikan istinjak sehingga diri kita selalu terjaga kesuciannya dan memperlancar komunikasi spiritual dengan Allah yang maha Suci. Menghindarkan dari cara-cara namimah, provokasi, sebaliknya semakin mempererat hubungan silaturrahmi dengan sesama manusia, serta memperbanyak bacaan dzikir, doa, istigfar, dan al-Qur’an yang manfaatnya kepada orang yang masih hidup maupun kepada mereka yang sudah di alam kubur. Semoga.
Wa Allahu A’lam.

Raja Ampat Papua Barat, 22 Nopember 2018.

Posted in: Kajian Islam

Leave a Comment