Dibaca 350
Oleh: Wajidi Sayadi
Suatu saat orang-orang Yahudi datang kepada Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan salam dengan kalimat: السام عليك (assamu ‘alaika) artinya Semoga kamu binasa. Mendengar ucapan salam yang jahat ini, dengan tenang Nabi SAW menjawabnya dengan kalimat وعليكم artinya kalian juga. Berbeda dengan Aisyah istri Nabi SAW yang tidak bisa menahan emosi dan amarahnya mendengar ucapan orang-orang Yahudi yang kasar dan jahat itu, Aisyah langsung membalas salam mereka dengan kalimat السام عليكم ولعنكم الله وغضب عليكم (assamu ‘alaikum wa la’anakum wa gadhiba’ alaikum) artinya Semoga kalian binasa dilaknat Allah dan dimurkai).
Melihat istrinya yang hanyut dalam perasaan emosi, Rasulullah SAW berusaha menenangkan dan meluruskan sikapnya yang keliru dengan sabdanya:
مهلا يا عائشة عليك بالرفق وإياك والعنف أو الفحش
Tenanglah wahai Aisyah! Bersikap lemah lembutlah, hindarilah kekerasan, hindarilah kata-kata keji. (HR. Bukhari dari Aisyah).
Banyak pelajaran dan hikmah yang dapat diambil dari kisah dalam Hadis ini, antara lain:
1. Nabi SAW. berjiwa besar, menguasai dan mengendalikan emosinya, tidak gampang marah, tidak langsung emosi menanggapi orang-orang Yahudi yang mendoakan agar Beliau mati dan binasa.
Nabi SAW mencontohkan cara menyikapi masalah dengan tenang, bijak dan arif.
Kadang-kadang menyikapi suatu masalah ada yang berlebih-lebihan dengan sikap dan kata-kata yang kurang pantas terhadap masalah yang kita tidak saksikan langsung, hanya diketahui melalui pemberitaan media. Apalagi masalah itu sudah bercampur baur dengan berbagai kepentingan termasuk kepentingan politik dan lain-lainnya.
Perlu berhati-hati dengan jiwa tenang ketika menyikapi masalah, apa pokok masalahnya? apa latar belakang munculnya masalah itu? Bagaimana kronologisnya sehingga masalah itu muncul? Ketika kita menyikapi dengan cara apa? Apakah cara menyikapinya mendatangkan maslahah? Berdampak kepada kebaikan? Atau mendatangkan masalah baru? Atau cara sikap kita berdampak buruk kepada kita sendiri?
2. Nabi SAW menegur Aisyah istrinya karena sikapnya langsung emosi dengan kalimat kasar ‘semoga kamu binasa, dilaknat Allah dan dimurkai’ . Ini sikap berlebih-lebihan. Luapan emosi yang tidak terkendali menyebabkan dengan gampang keluar kata-kata kasar, kotor dan keji yang justru bertentangan dengan ajaran dan adab etika Islam.
Jangan gampang dan terbiasa mengucapkan kalimat kamu dilaknat Allah, kamu dimurkai Allah, kamu dikutuk, kamu biadab, anjing, babi dan semacamnya. Apalagi diungkapkan di ruang publik, sedang ceramah, ceramah agama lagi, di media sosial.
Kata-kata kasar dan kotor adalah cerminan kepribadian seseorang.
Makanya salah satu kriteria pemimpin dan tokoh yang baik adalah yang bisa menahan emosi, menyikapi masalah dengan tenang bijak dan arif.
Betapa banyak orang, pemimpin dan tokoh langsung rontok wibawanya hanya karena kata-kata kasar dan kotor, tidak bisa menjaga mulut.
Betapa banyak orang biasa dan Pemimpin atau tokoh disegani dan dihormati karena wibawa sopan santun tatakrama etika adabnya yang baik termasuk tutur katanya yang menyenangkan.
3. Nabi SAW menegur Aisyah sekaligus mengajari: Hendaklah kamu bersikap lemah lembut, jangan kasar dan keras, hindari kata-kata yang keji.
Teguran Nabi SAW ini kepada Aisyah ketika Aisyah mengeluarkan kata-kata yang kasar kepada orang-orang Yahudi yang Sudah jelas dan nyata di depan matanya mereka menghina Nabi Muhammad SAW.
Apatah lagi ketika kata-kata kasar itu ditujukan kepada saudara-saudara kita sesama umat Islam?
Sikap yang buruk dan jahat orang lain kepada kita tidak harus dibalas dengan sikap yang sama apalagi berlebih. Tidak layak, kepribadian kita yang baik dan mulia ikut juga buruk dan jahat hanya karena sikap orang buruk dan jahat itu.
Begitu juga, tidak layak kita berbuat baik hanya karena orang itu berbuat baik.
Kita berbuat baik bukan karena orang lain berbuat baik atau berbuat buruk kepada kita.
Allah menciptakan kita agar kita menjadi penabur-penabur kebaikan di permukaan bumi.
Ada orang diampuni dosanya dan masuk surga karena ia pernah menyelamatkan hidup seekor anjing. Padahal anjing itu najis dan tidak pernah berbuat baik kepada dirinya. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Ada juga orang masuk neraka karena ia pernah membiarkan seekor kucing mati kelaparan. (HR. Bukhari dari Ibnu Umar).
Sikap yang buruk dan jahat orang lain kepada kita tidak harus dibalas dengan buruk dan jahat pula, kecuali pada konteks tertentu dimana dengan cara itu orang yang bersangkutan bisa berubah dari keburukan dan kejahatannya, tapi tetap dengan cara yang beradab dan santun. Misalnya bersikap sombong kepada orang sombong tujuannya agar dia berhenti sombong.
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan taufik sehingga kita bisa menjaga diri, hati, pikiran dan sikap dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan, bukan membuat dan memperbesar masalah.
Pontianak, 28 Oktober 2018
19 Safar 1440 H