Dibaca 350
Tidak ada manusia yang bebas dari ujian. Hanya saja bentuk dan kadar ukurannya setiap manusia berbeda-beda. Ada besar, berat, sedang, kecil, ringan atau biasa-biasa saja. Ujian atau musibah bisa datang kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Setiap manusia juga menyikapinya berbeda-beda.
Allah SWT berfirman:
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا
Dia Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk, 67: 2).
ونبلوكم بالشر والخير فتنة والينا ترجعون
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’, 21: 35).
Sampai hari ini kita masih menyaksikan tayangan, membaca dan mendengar berita dari berbagai media mengenai dahsyatnya gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang mengguncang Kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya dalam waktu sekejap bangunan roboh, berantakan, dan porak-poranda, jalanan terpecah belah, mayat bergelimpangan dan berserakan di mana-mana, ada yang terkubur hidup-hidup beserta rumahnya ditelan bumi, hingga saat ini sudah lebih 2000 korban meninggal dunia yang diketahui dengan jelas dan masih ada yang belum ditemukan, sangat banyak yang korban luka-luka dan kehilangan harta bendanya, dan lain-lain.
Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.
Menyikapinya bukan dengan mencari siapa yang salah dan menuding bahwa masyarakat di sana terlalu banyak pelaku kemaksiatan. Ini kurang pantas dan tidak etis, sebab bisa menambah kesedihan dan penderitaan mereka.
Kita mendoakan mereka yang korban meninggal dunia diampuni oleh Allah diberikan balasan yang terbaik atas semua ibadah dan pengabdiannya.
Terjadinya musibah pasti karena ada kaitannya dengan sikap dan perilaku pada masyarakat itu sendiri, tapi ada juga musibah karena Allah ingin menguji dan mengangkat derajat mereka.
Betapa banyak manusia yang sadar dan lulus dari ujian setelah ditimpa musibah, mereka sadar dan tumbuh berkembang menjadi pribadi dan komunitas yang berkualitas mulia dan terpuji.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan penyadaran serta hikmah di balik peristiwa musibah ini. Allah memperlihatkan kekuasaannya agar manusia sadar dari kelalaiannya. Ujian musibah ini akan membukakan mata hati dan pikiran kita bahwa hakekatnya manusia tidak punya kuasa apa-apa, makanya tidak boleh sombong dan angkuh, hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Peristiwa seperti ini adalah takdir Allah, yakni Takdir Mubram, dimana manusia hanya bisa menerima dan meyakini kebenarannya, tidak bisa mencegah dan menolaknya. Sampai saat ini belum ada alat teknologi secanggih apa pun yang bisa mendeteksi dan mengetahui kapan terjadinya gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.
Ada juga ujian-ujian musibah lainnya sebagai takdir Allah di mana manusia bisa berusaha berikhtiar untuk mencegah dan menolaknya, misalnya penyakit, bisa dicari penyebabnya lalu diantisipasi dan dihindari, dicarikan obatnya atau berobat kepada ahlinya. Begitu juga ujian kecelakaan lalu lintas, kebakaran, kegagalan meraih harapan dan cita-cita, dan lain sebagainya.
Takdir seperti ini bisa diusahakan untuk dirubah dan dicegah dengan ikhtiar maksimal sesuai dengan masalah yang menimpa manusia itu sendiri.
Ada anak sekolah yang dapat nilai rendah atau rapor merah. Orang tuanya tidak layak mengatakan, sabar ya nak! itu sudah takdir nak!
Sikap seperti ini tidak atau kurang mendidik, ini harus diberi motivasi agar lebih rajin dan tekun belajar serta berdoa agar nilainya berubah menjadi lebih baik.
Takdir Allah yang bisa dirubah dengan ikhtiar manusia ini namanya Takdir Mu’allaq. Inilah yang dimaksud Firman Allah dalam Al-Qur’an.
يمحوا الله ما يشاء ويثبت وعنده أم الكتاب
Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki). Dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. Ar-Ra’d, 13: 39).
Dalam Hadis ditegaskan oleh Rasulullah SAW.
لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر
Tidak ada yang bisa mencegah takdir kecuali dengan Doa, dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali dengan kebaikan. (HR. Tirmidzi dari Salaman).
Kita selalu memperbanyak doa. Mendoakan diri, keluarga, orang lain, masyarakat, sebangsa dan seumat di mana pun berada agar selamat dan dilindungi Allah dari berbagai musibah dan ujian-ujian lainnya.
Kita memperbanyak, menabur dan menebar kebaikan kepada siapa saja itulah yang mendatangkan keberkahan hidup dan manfaat sepanjang masa.
Dalam dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa bersedekah akan menolak balak, karena sedekah bagian dari kebaikan.
Jangan pernah memandang remeh doa dan kebaikan sependek dan sekecil apa pun.
Inilah bagian dari khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Al-Khalifah di Kantor Walikota Pontianak.
Pontianak, Jumat, 3 Safar 1440 H/12 Oktober 2018 M