Dibaca 375
Oleh: Wajidi Sayadi
Puasa Arafah adalah puasa sunnat yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Beliau memotivasi dengan menyebutkan bahwa puasa Arafah akan menutupi dosa 2 tahun, setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. Beliau bersabda:
صيام يوم عرفة احتسب على الله أنه يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده
Berpuasa pada hari Arafah dinilai oleh Allah sebagai amalan yang akan menebus (menutupi) dosa satu tahun sebelum dan sesudahnya. (HR. Muslim dari Abi Qatadah).
Dalam Hadis lainnya diperjelas keutamaanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه من النار من يوم عرفة
Tidak ada hari yang di dalamnya Allah lebih banyak membebaskan orang dari neraka, selain hari Arafah. (HR. Muslim dari Aisyah).
Pertanyaannya, apa yang dimaksud Puasa Arafah?
Jawabannya telah dijelaskan oleh para ulama, antara lain:
As-Sayyid al-Bakri bin As-Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya I’anah ath-Thalibin Jilid 2 halaman 475:
صوم يوم عرفة تاسع ذي الحجة
Puasa Arafah adalah puasa pada hari ke 9 Dzulhijjah.
Al-Ustadz ad-Duktur Wahbah az-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu Jilid 3 halaman 1641:
صوم يوم عرفة هو تاسع ذي الحجة لغير الحاج
Puasa Arafah adalah pada hari ke 9 Dzulhijjah, tidak bagi yang sedang berhaji.
Dengan keterangan ini jelas bahwa Puasa Arafah adalah puasa sunnat yang didasarkan pada Waktu, yakni waktu tanggal 9 Dzulhijjah, bukan didasarkan pada Kegiatan.
Andaikata tidak jadi kegiatan Wukuf di Arafah oleh Jamaah Haji, karena ada sesuatu bencana misalnya, maka puasa sunnat Arafah tetap dilaksanakan, karena pelaksanaannya berdasarkan waktu 9 Dzulhijjah.
Pertanyaan selanjutnya, ibadah puasa yang dilaksanakan berdasarkan waktu yang mana?
Jawabannya adalah kita beribadah berdasarkan waktu yang berlaku dimana kita melaksanakan ibadah itu. Kita puasa di Pontianak menggunakan waktu Pontianak, kalau menggunakan waktu Makassar, maka jam 17.00 sudah bisa buka puasa, karena di Makassar sudah terbenam matahari, sedangkan waktu di Pontianak belum masuk waktu magrib. Apalagi mengacu waktu di Papua. Lebih-lebih lagi waktu negara lain.
Kita beribadah puasa Arafah berdasarkan waktu yang berlaku dimana kita sedang berpuasa, yakni di negara sendiri, karena setiap negara mempunyai hukum mathla’ ketetapan penentuan awal bulan qamariah dengan rukyat hilal masing-masing.
Contoh di Indonesia pada hari Sabtu 11 Agustus 2018 bulan tidak kelihatan, maka dicukupkan hitungan bulan Dzulqaidah menjadi 30 hari sehingga ditetapkan 1 Dzulhijjah 1439 H tepat pada hari Senin, 9 Dzulhijjah pada hari Selasa dan 10 Dzulhijjah hari lebaran Idul Adha pada hari Rabu.
Sedangkan di negara-negara lain termasuk Saudi Arabiyah, Hilal bulan kelihatan pada hari Sabtu, maka pemerintahnya menetapkan 1 Dzulhijjah pada hari Ahad, 9 Dzulhijjah pada hari Senin dan 10 Dzulhijjah Lebaran Idul Adha pada hari Selasa.
Hari ini selasa 9 Dzulhijjah menurut ketetapan pemerintah Indonesia, adalah puasa Arafah karena didasarkan pada waktu, bukan pada berdasarkan kegiatan sehingga walaupun hari ini tidak ada Wukuf di Arafah, karena kegiatan Wukuf Jamaah Haji telah dilaksanakan kemarin hari senin menurut ketetapan pemerintah Saudi Arabiyah.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kami warga Pontianak atau penduduk Indonesia melaksanakan puasa Arafah ikut kepada pemerintah Saudi Arabiyah.
Bagaimana ya?
Ulama Saudi Arabiyah sendiri memfatwakan bahwa berpuasa termasuk puasa Arafah harus ikut pada ketetapan pemerintah masing-masing.
Agar lebih jelas, fatwa Ulama Saudi Arabiyah berikut ini bisa dibaca:
قال محمد بن صالح بن عثيمين في مجموع الفتاوى له – ج 19 ص 41
….. ولكن إذا كان البلدان تحت حكم واحد وأمر حاكم البلاد بالصوم أو الفطر وجب امتثال أمره، لأن المسألة خلافية، وحكم الحاكم يرفع الخلاف. وبناء على هذا صوموا وافطروا كما يصوم ويفطر أهل البلد الذي أنتم فيه……. وكذالك يوم عرفة اتبعوا البلد الذي أنتم فيه
Muhammad bin Shalih bin Utsaimin mengatakan dalam kitabnya Himpunan Fatwa Jilid 19 halaman 41:
… Akan tetapi beberapa wilayah yang berada di bawah satu pemerintahan, dan pemerintahnya memerintahkan agar berpuasa atau berbuka, maka PERINTAHNYA WAJIB DIPATUHI, karena hal ini termasuk masalah khilafiyah, dan keputusan atau ketetapan pemerintah menghapus perbedaan pendapat.
Berdasarkan hal ini, maka puasalah dan bukalah kalian sebagaimana warga penduduk wilayah daerah dimana kalian berada berpuasa dan berbuka.
Demikian juga Hari Arafah. Ikutlah kalian dengan wilayah dimana kalian berada.
Semoga ibadah yang diperintahkan dalam al-Qur’an dan Hadis dapat dilaksanakan sesuai tata cara dan waktunya sebagaimana dijelaskan para ulama fikih.
Belajar Al-Qur’an dan Hadis tanpa mengerti ilmu fikih dan tidak tahu perbedaan pendapat para ulama fikih, bisa menimbulkan masalah. Itulah pentingnya ilmu Fikih.
Ulama Saudi Arabiyah memfatwakan agar berpuasa Arafah mengikuti ketetapan pemerintah sendiri dan ikut pada warga penduduk dimana kita berada.
Apakah masih ada warga di sini justru ikut kepada pemerintah Saudi Arabiyah sana?
Wallahu A’lam
Pontianak, 9 Dzulhijjah 1439 H
21 Agustus 2018