Dibaca 242
Sebagaimana biasa kajian rutin Jumat malam Pengkajian Tafsir Al-Qjur’an Berbasis Asbab an-Nuzul Mengacu pada kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi di Masjid Al-Jamaah Pontianak. Kali ini membahas Surat al-Baqarah: 197:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
Ayat ini turun berkaitan dengan sikap calon jamaah haji dari Yaman yang salah kaprah memahami dan mengaplikasi makna tawakkal, sebagaimana dijelaskan asbab nuzulnya dalam hadis Sahih Bukhari bersumber dari Ibnu Abbas.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْيَمَنِ يَحُجُّونَ وَلَا يَتَزَوَّدُونَ وَيَقُولُونَ: نَحْنُ الْمُتَوَكِّلُونَ فَإِذَا قَدِمُوا مَكَّةَ سَأَلُوا النَّاسَ فَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya: “Adalah orang-orang Yaman biasa menunaikan ibadah haji tanpa membawa bekal dan mereka mengatakan: “Kami hanya bertawakkal kepada Allah saja.” Namun setelah tiba di Mekah, mereka meminta-minta kepada orang lain, maka Allah menurunkan ayat ini. (HR. Bukhari).
Pada zaman dahulu orang-orang Yaman datang ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji tanpa memrpersiapkan bekal. Mereka mengandalkan tawakkal, semuanya diserahkan kepada Allah. Namun ternyata, setelah sampai di Mekah mereka meminta-minta kepada orang lain untuk memenuhi keperluan hidup sehari-harinya. Padahal perbuatan seperti ini dilarang dalam Islam, sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW.
مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ
Siapa yang meminta-minta padahal ia tidak fakir, maka seakan-seakan ia memakan bara api. (HR. Ahmad dari Hubsyi bin Junadah).
Ayat ini turun sebagai teguran dan pelurusan terhadap pemahaman yang keliru tentang tawakkal yang tidak diawali atau dibarengi dengan usaha. Seperti yang terjadi pada calon jamaah haji dari Yaman tersebut di atas.
Dilihat dari konteks asbab an-nuzulnya, ayat ini khusus berkaitan dengan calon jamaah haji, namun dilihat dari segi lafal redaksinya bersifat umum, meliputi semua umat Islam, sebagaimana kaedahnya:
العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب
Dijadikan patokan adalah ungkapan lafal yang bersifat umum, bukan khusus pada sebab turunnya saja.
Umat Islam dalam berbagai aktifitas dan usahanya, termasuk dalam mengadakan perjalanan jauh, seperti calon jamaah umrah atau pun haji, dan perjalanan lainnya, hendaknya berusaha dulu mempersiapkan segala sesuatunya yang menjadi keperluan, setelah itu di akhir semuanya tawakkal, diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
Ada seorang pemilik unta datang kepada Rasulullah SAW. bertanya: “Apakah saya lepaskan untaku lalu bertawakkal? Atau saya ikat dulu, lalu bertawakkal? Beliau menjawab:
اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
Ikat dulu untamu, lalu bertawakkal. (HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik).
Mengikat unta adalah usaha, sebagaimana usaha mempersiapkan bekal bagi mereka yang akan mengadakan perjalanan jauh. Demikian juga, bagi mereka yang sakit atau ada gangguan kesehatan, berusaha berobat dulu, lalu bertawakkal.
Termasuk di masa pandemi seperti saat ini, perlu usaha, ikhtiar menjaga diri dari hal-hal yang bisa menyebabkan tertular virus Covid-19 ini sebagaimana anjuran dari pihak yang berkompeten, seperti dokter dan petugas kesehatan atau dari pihak pemerintah yang mengurusi masalah ini, setelah berusaha lalu bertawakkal.
Jangan seperti orang yang terjun ke sungai dengan modal keyakinan tawakkal, semuanya Allah yang menentukan hidup dan mati.
Begitu ia tenggelam di sungai, ia berteriak minta tolong, karena tidak tahu berenang.
Seharusnya belajar dulu berenang, sebagai ikhtiar, lalu terjun ke sungai, barulah tawakkal.
Jangan sampai terjadi seperti orang yang mengaku tidak takut corona, tidak peduli protokol kesehatan. Pokoknya tawakkal saja.
Begitu terkena tertular virus, ia panik lari ke rumah sakit, cari dokter dan petugas kesehatan. Para petugas terlambat melayani dirinya karena banyaknya pasien, ia berteriak: petugas tidak becus, petugas tidak siap, petugas lamban, petugas hanya makan gaji, ia emosi dengan kata-kata tidak pantas. Ngaku tawakkal, tapi sikap perilakunya bertentangan dengan ajaran dan semangat agama.
Menjalankan aktifitas kehidupan memerlukan usaha persiapan sebagai modal bekal, yaitu:
- Kesiapan Kesehatan Fisik
- Kesiapan materi dan perlengkapan kebutuhan
- Kesiapan informasi dan pengetahuan melalui akal pikiran
- Kesiapan dan kemampuan spiritual dan mental melalui hati.
Semuanya penting dan harus diperhatikan dengan baik. Namun yang paling terbaik adalah takwa.
Sikap takwa menggunakan hati, yakni mengedepankan kehati-hatian dengan tetap memperhatikan aturan ajaran agama. Jangan sampai merasa taat menjalankan agama, justru asyik dengan pelanggaran ajaran agama itu sendiri.
Sebagaimana dijeaskan pada ayat selanjutnya
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
Bahkan perintah bertakwa ini diulangi dan dijadikan penutup ayat ini dengan kalimat:
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Bertakwalah kepada-Ku wahai Ulil Albab.
Siapa Ulil Albab?
Ulil Albab artinya pemilik albab. Albab bentuk jamak dari Lubb.
Lubb artinya inti, isi, atau pokok. Misalnya bawang dilepas kulitnya, masih ada kulit dalamnya, dikupas masih ada kulitnya, dikupas masih ada kulitnya. Ketika sudah tidak ada lagi lapisan kulit yang menutupinya, yang ada hanya isinya atau intinya. Isi dan inti inilah yang namanya Lubb atau Albab. Para ulama tasawwuf memaknai Lubb-Albab dengan pengertian Lubuk Hati Terdalam.
Ulil Albab adalah mereka yang memiliki Lubuk Hati Terdalam. Mereka inilah yang bisa benar-benar mengimplementasikan nilai takwa dalam kehidupan, termasuk dalam prosesi ibadah haji.
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang hampir semuanya selalu diartikan hati, seperti Shadr (dada/hati), Qalbu (hati), Fuad (Hati), dan Albab (Hati).
Para ulama menjelaskan bahwa istilahnya berbeda, makna dan tafsirnya juga berbeda, terutama sesuai dengan fungsinya khususnya dalam hubungan dengan Allah.
Mudah-mudahan suatu saat, istilah-istilah ini bisa kita uraikan satu persatu.
Semoga kita dapat mengfungsikan Albab dan mengimplementasikan takwa dalam kehidupan.
Semoga bermanfaat
Pontianak, Jumat, 19 Pebruari 2021